Mengapa kita harus melaksanakan ritual pertobatan

Berikut ini sedikit penjelasan mengenai Sadhana Pertobatan/Puja Pertobatan/Ritual Pertobatan, yang di kutip dari Buku 103, chapter 5 berjudul Maha Kontak Batin Dari Tantrayana, karya Grand Master Lu. Artikel serupa juga dapat di temukan di buku Padmakumara 9, Bab 2 Section 8.


Mengapa kita harus melaksanakan ritual / sadhana pertobatan? Dikatakan dalam Sutra Penembusan Pikiran bahwa dosa/pelanggaran akan menjadi besar bila disembunyikan dan akan menghilang sewaktu pelakunya bertobat. Kita semua mengenal ayat pertobatan berikut ini: “Semua karma buruk saya semenjak dahulu kala timbul karena loba, dosa, dan moha saya yang berkepanjangan dan dilakukan oleh tubuh, ucapan, dan pikiran saya. Sekarang, saya menyesali semua kesalahan kesalahan saya dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi.”

Sadhana pertobatan atau puja pertobatan adalah sebuah aspek penting dalam Budhisme. Ritual Pertobatan Namaskara adalah satu dari banyak sadhana pertobatan dalam Budhisme.

Sepanjang pengetahuan saya, ada banyak jenis ritual pertobatan:
• Pertobatan Kaisar Liang – Kaisar Liang menciptakan ini setelah membaca sutra sutra Mahayana demi selir nya.
• Pertobatan Air – diciptakan oleh Master Wu Da setelah ia mempela-jarinya dari Shen Zen.
• Pertobatan Terang Emas – Master Tien Tai menciptakan ini berdasarkan Sutra Terang Emas.
• Pertobatan Avalokitesvara – berdasarkan Sutra Avalokitesvara untuk menghapuskan semua kemungkinan bencana.
• Pertobatan Amitabha – diambil dari kekuatan penyucian maha besar dari Amitabha Budha.
• Avatamsaka (Bunga Dharma) – Master Tien Tai menciptakan ini dari Sutra Avatamsaka. Juga dikenal sebagai enam organ indra dan samadhi Avatamsaka.
• Pertobatan Budha Obat – berdasarkan sutra dari prasetya dan kebajikan Bhaisajyaguru Budha.
• “Fang Deng” (Persamaan) – Master Tien Tai menciptakan ini dari kombinasi beberapa sutra dharani.

Sebuah paragraph dari Sutra Maha Persamuan adalah yang paling saya suka:

“Sepotong pakaian berusia 100 tahun dapat dibersihkan dalam sehari. Demikian pula semua karma buruk yang dihasilkan selama berbagai inkarnasi dapat dilenyapkan bila kita meluangkan sedikit waktu, mungkin sehari, untuk mentaati pikiran yang benar seperti yang diuraikan oleh Dharma.”

Berikut ini adalah sebuah ayat pertobatan Tantra:

Dihadapan Penjelmaan dari Tri Ratna, saya bernamaskara kepada Guru Saya, Teratai Bersinar, gagal mentaati ajaran ajaran Guru dan para Budha, menyerang Sang Guru, dan dihadapan saudara saudari sedharma saya, muncul pandangan pandangan saya yang menyimpang dan komentar komentar saya yang menghina, tidak memvisualisasikan yidam dan mandala dengan jelas, tidak membaca sutra dengan jelas dan ejaan yang salah dari mantra yang saya japa, membocorkan rahasia rahasia yang dipercayakan kepada saya, membuka ke 10 hal penting dari Tantra, dan menipu sang Guru,

Saya mengakui semua pelanggaran akar dan bertobat, saya mengakui semua pelanggaran cabang dan bertobat, sewaktu menjalankan tugas tugas dan Pancasila, tidak berlatih dengan tekun, penjapaan, meditasi, dan sila, memboroskan waktu dan tidak melaksanakan 6 latihan harian, Karena kemalasan dan kikir harta, saya tidak memberikan persembahan, tenggelam dalam kenikmatan indra dari tubuh, ucapan, dan pikiran, dan melanggar sila sila.

Saya bertobat atas semua kesalahan saya, semua kesalahan, pelanggaran, dan kekotoran, saya mengakui semuanya dan bertobat dengan tulus hati, untuk dapat mencapai kesucian absolut.

Terdapat juga 3 jenis pertobatan:

1. Mengakui semua karma buruk yang diciptakan oleh tubuh, ucapan, dan pikiran dihadapan sang Budha. Jenis ini diguna-kan untuk menambal sila sila yang telah kita langgar. Ini dikenal sebagai “Pertobatan Karma”.
2. Dalam meditasi, kita mengundang sang Budha untuk menyentuh kepala kita, atau mengundang seorang Bodhisattva untuk memancar-kan sinar kepada kita. Tanda tanda positif ini menolong melenyap-kan semua jenis karma buruk kita. Ini disebut sebagai “Pertobatan Bentuk”.
3. Menghapuskan avidya dari jalan tengah dengan cara cara perenung-an/meditasi mengenai konsep ‘tak timbul’. Ini disebut “Pertobatan Tak Timbul”.

Dalam buku yang berjudul “Vajra Tantra dari Ling Xian”, saya menyebutkan tentang ritual pertobatan dari Satyabudha. Ada lima hal penting:
1. Pengundangan para Budha sebagai saksi.
2. Menerima pancaran sinar para Budha untuk penyucian.
3. Menyebut nama para Budha dan menjapa mantra
4. Visualisasi dan Mudra
5. Penyaluran Jasa dan Pertobatan

Ritual pertobatan Satyabudha itu harus dilaksanakan sebagai bagian dari sadhana Catur Prayoga dan Guru Yoga. Bila kita menjalan-kan ritual ini dengan benar, karma baik kita akan meningkat dan karma buruk dihapuskan. Mantra Sata-Aksara (mantra Vajrasattva) dikenal sebagai mantra terbaik untuk pertobatan didalam Tantra Tibet. Ketiga manfaatnya adalah pertobatan, penerimaan berkah dari Panca Dhyani Budha dan penambalan ketidak-sempurnaan sadhana. Dua alasan untuk menjalankan sadhana Vajrasattva perlu ditekankan: Semua karma buruk semenjak masa lampau dapat terhapuskan. Perbuatan dan sumpah sang sadhaka akan menjadi seteguh Vajra. Syair yang saya telah tulis sebelumnya adalah sebagai berikut:

Lian-shen rinpoche mengajarkan maha Tantra,
Vajrasattva menjelma menjadi hati Vajra,
Ketika keduanya menyatu, maha yoga tercapai.
Sewaktu karma buruk terhapuskan, kesucian dicapai.

Banyak siswa Satyabudha menerima kontak batin setelah berlatih sadhana pertobatan:

1. Sebagai bukti, berikut ini adalah sebuah surat: Salam yang terbaik untuk Maha Acarya. Pada jam 5:15 pagi tanggal 5 November, Maha Guru muncul di mimpi saya. Saya berlutut disaksikan Maha Guru dan para saudara sedharma. Saya mengakui semua kesalahan kesalahan saya. Maha Guru mengguna-kan sebuah alat bulat untuk mencabut karma buruk saya (sesosok makhluk buruk yang mempunyai tubuh dan ekor seperti ikan). Banyak darah keluar. Setelah muntah, saya merasa sangat lega. Maha Guru berkata kepada saya, “Tubuh anda telah bersih seka-rang, anda akan menjadi sehat.” Pengalaman itu sungguh tak terbayangkan saya mengingat saya baru mulai menjalankan sadhana pertobatan selama 3 bulan (puja bakti bersama setiap hari Rabu). Terima kasih bahwa Maha Guru telah mencabut karma buruk saya. Saya akan berlatih setiap hari dan mentaati ajaran Maha Guru selamanya untuk membalas kebaikan Maha Guru. Saya tidak akan meninggalkan Maha Guru sampai memperoleh kesempur-naan.

2. Setelah 21 berlatih, seorang siswa melihat dirinya di sebuah danau yang jernih bersih. Lian-shen rinpoche memancarkan sinar dari angkasa untuk memberkatinya. Air berubah menjadi laser sewaktu sinar yang dipancarkan menyentuhnya. Cairan hitam keluar dari tubuh sang siswa dan mengalir ke danau dan yang langsung dibersihkan oleh air danau. Setelah kontak batin tersebut, sang siswa merasa sangat segar dan melihat kehidupan ini dengan pandangan baru. Keyakinan dirinya menjadi sangat meningkat karenanya.

3. Seorang siswa lain baru berlatih selama 1 minggu dan mulai muntah muntah. Penyakit ini berlangsung selama 3 hari dan tidak dapat dihentikan. Meskipun ia tidak memuntahkan apa apa, orang orang yang memiliki mata batin dapat melihat dirinya memuntahkan barang barang yang kotor seperti cacing, penyu penyu kecil, ular ular kecil, nyamuk, dan serangga. Setelah itu, ia merasa segar, dan semua penyakitnya sirna.

4. Seorang siswa penderita asma berlatih sadhana pertobatan selama 49 hari untuk menghapus karma buruk semenjak kehidupan masa lampaunya. Suatu malam, ia bermimpi seorang dewa Vajra memukulnya dengan alat vajra. Ia dibanting kesana sini dan disiksa sepanjang malam dalam mimpinya itu. Akhirnya, ia dipaksa oleh dewa vajra itu untuk makan beberapa potong rumput sehingga ia merasa mual dan memuntahkan sesosok manusia kecil hitam. Penyakit asma nya sembuhsemenjak saat itu.

5. Ada lagi sebuah cerita yang lebih hebat lagi. Seorang siswa baru berlatih selama 1 bulan. Dalam meditasi nya, ia dibawa ke alam surgawi oleh seekor naga. Ia menunggangi naga itu. Naga itu terbang seperti angin saja. Ia dapat melihat gunung gunung, sungai sungai, daratan dibawahnya. Ia begitu terpesona. Ia bahkan diberikan kesempatan bertemu muka dengan muka dengan sang Budha. Ia begitu tergugah sehingga hampir menangis. Sang Budha berkata kepadanya, “Jangan menangis.” “Bagaimana saya bisa melihat anda hanya dengan melakukan sadhana pertobatan?” Ia bertanya. Sang Budha menjawab, “Panca Budha menjelma menjadi Panca Vajradhara. Vajrasattva adalah Vajradhara ke 6 yang merupakan penjelma-an dari Panca Budha. Tentu saja anda dapat melihat Budha.” Sang siswa menulis kepada saya, “Ini luar biasa. Sadhana pertobatan sungguh suatu sadhana yang luar biasa. Lian shen rinpoche adalah reinkarnasi dari Budha.”

Ada banyak lagi kisah kisah kontak batin yang didapatkan setelah menjalankan sadhana. Saya baru menyebutkan beberapa saja karena terbatasnya tempat. Saya menganggap bahwa diantara ke 3 jenis pertobatan (seperti diuraikan diatas), kontak batin dari “Pertobatan Bentuk” lebih luar biasa dan lebih dapat diandalkan. Jenis “Pertobatan Karma” terlalu umum, sedangkan jenis “Pertobatan Tak Timbul” terlalu dalam bagi orang biasa. Hanya mereka yang mempunyai dasar yang baik dapat menguasai latihan “Pertobatan Tak Timbul”.

Saya pribadi menekankan jenis “Pertobatan Bentuk”. Ada banyak kontak batin dalam jenis ini seperti:

• Budha menyentuh kepala kita
• Bodhisattva memancarkan cahaya kepada si sadhaka,
• Makan barang berwarna putih dan memuntahkan barang barang yang hitam.
• Menunggangi kuda dewata di angkasa,
• Bermimpi sedang mandi dan membersihkan diri
• Bermimpi menyemprotkan minyak wangi kebadan sendiri,
• Bermimpi tentang bunga bunga berjatuhan dari angkasa,
• Bermimpi tentang tubuh diri yang tembus pandang meman-carkan cahaya,
• Bermimpi tentang rupang Budha membuka kedua matanya.

Saya merasa bahwa bahkan seorang suciwan pernah berbuat kesalahan. Bila kita menjalankan sadhana pertobatan dari Satyabudha, semua karma buruk kita akan terhapuskan.

Pertobatan dapat membakar semua penderitaan, memadamkan api neraka, dan memberikan kesejukan surgawi. Dengan menjalankan sadhana pertobatan, kita dapat mencapai tingkat meditasi yang tertinggi dan mencapai kebijaksa-naan mendalam serta usia panjang. Kita akan dapat tinggal di tanah suci dan melihat mekarnya bunga bunga teratai yang tersuci. Akhirnya, pertobatan akan membawa kita kepada kebudhaan dan penerangan.

Sekarang saya akan menjelaskan tentang teori “Pertobatan Tak Timbul”. Dikatakan dalam sutra Avatamsaka, “Bodhisattva menggunakan pandangan benar nya untuk mengamati dunia dan menyadari bahwa semua fenomena disebabkan oleh karma. Semua fenomena muncul karena sebab. Tak ada ‘timbul’ dan tak ada ‘akhir'”. Dikatakan dalam Ulasan tentang Sutra Hati, “Hukum karma itu intinya adalah kekosong-an. Kekosongan itu bukanlah ciptaan Budha maupun ciptaan manusia.” Dikatakan dalam Sutra Avatamsa-ka, “Pencapaian seorang Budha sungguh sulit dimengerti. Hanya para Budha sendiri yang dapat benar benar mengerti kebenaran dari semua fenomena.” Inilah dasar dari “Perto-batan Tak Timbul”.

Leave a comment

Your comment