Liputan dan Dokumentasi Upacara Api Homa Pemberkahan dan Penyeberangan Marici Bodhisattva

Berikut ini dokumentasi dari Upacara Api Homa Pemberkahan da Penyeberangan Marici Bodhisattva.

Liputannya adalah sebagai berikut :

Om Mani Padme Hum.

Hari rabu, tanggal 21 Juli 2010, Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya menyelenggarakan Upacara Api Homa Pemberkahan dan Penyeberangan Marici Bodhisattva. Upacara ini dipimpin oleh Acarya Lian Zhi dari Kanada, didampingi oleh para Bhikkhu Lhama, dan Pandita Lokapalasraya. Upacara ini dihadiri oleh umat dari Jakarta, Cilacap dan Malaysia.
Pada upacara kali ini adalah upacara pemberkahan dan penyeberangan. Pendaftaran yang dilakukan adalah pendaftaran kayu homa, formulir pemberkahan dan formulir penyeberangan. Kita menuliskan nama di kayu homa dan dimasukkan ke dalam tungku homa artinya, kita memohon agar diri kita sama seperti kayu tersebut dimasukkan ke dalam tungku dan terbakar habis sehingga karma buruk kita terkikis sedikit demi sedikit dan terbakar oleh api.

Setiap orang mempunyai karma yang berbeda baik itu karma buruk maupun karma baik, nasib bagus atau nasib jelek. Maka dari itu untuk menuliskan nama di kayu homa, setiap nama harusnya ditulis pada satu keping kayu homa atau lebih. Janganlah menulis nama sekeluarga pada satu keping kayu homa saja. Karena kayu homa itu melambangkan tubuh kita. Hal itu sangatlah tidak baik menulis nama sekeluarga atau lebih dari satu orang di atas kayu homa. Walaupun satu keluarga, tetapi karma masing – masing orang tidaklah sama.

Upacara berlangsung pada pukul 7.30 malam. Diawali dengan prosesi penyambutan Acarya diiringi dengan pelantunan Mantra Hati Padmakumara. Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu pendupaan. Setelah itu perkenalan Acarya dan para tamu dari luar kota, kemudian puja bakti dimulai dari mantra pembersihan hingga menjapa mantra yidam yaitu Marici Bodhisattva “嗡。 摩利支玉。梭哈”(Om Mo Li Zhi Yu Suo Ha).

Sebelum melafalkan mantra, terlebih dahulu bervisualisasi “ di atas samudra langit yang cerah, cakra candra terbit dari permukaan laut, dan ditegahnya terdapat bijaksara “mo” berwarna emas yang memancarkan cahaya keemasan, bijaksara tersebut berputar dan muncul Marici Bodhisattva. Marici Bodhisattva berwujud lengan dua, duduk di atas padmasana, tangan kiri memegang kipas, tangan kanan menjulur ke bawah, membentuk mudra Varada. Tubuh Marici Bodhisattva berwarna emas, mengenakan jubah berwarna putih. Lalu bervisualisasi Marici Bodhisattva memancarkan tricahaya pada diri sadhaka, sadhaka memperoleh triguhya, sekujur tubuh menjadi besih dan bening.” (dikutip dari majalah Satya Buddha.Red).

Setelah melafalkan mantra, mempersilahkan Acarya untuk menuju tempat homa, memberkati sarana puja dan kayu homa, memutar japamala dan memberkati serta melakukan Sima Bhandana pada tungku homa dengan tongkat Vajra. Puja api homa dimulai. Acarya Lian Zhi memasukkan persembahan 5 persembahan, kayu homa, dan persembahan lainnya ke dalam tungku homa. Setelah selesai semua, acarya memperagakan mudra tolak balak, pemberkahan dan penyeberangan. Upacara api homa diakhiri dengan menjapa mantra Paripurna.

Setelah selesai , Acarya menyampaikan dharmadesana. Inti dari ceramah beliau adalah, Beliau bercerita tentang pengalaman beliau waktu pertama kali datang ke kota Palembang untuk pembabaran dharma, kemudian Beliau datang kedua kalinya untuk meresmikan dan meng-inisiasikan vihara Vajra Bhumi Sriwijaya (dari 聖輪堂menjadi聖輪雷藏寺). Kemudian sekarang datang yang ketiga kalinya. Sungguh mempunyai jodoh yang sangat luar biasa dengan kota Palembang. Beliau juga menganjurkan agar kita selalu melakukan persembahan kepada Maha Guru, para Buddha Bodhisattva dan para Dharmapala serta makhluk suci lainnya di altar Mandala (contohnya membeli makanan yang kita sukai untuk dipersembahkan di altar Mandala). Kita juga harus sering berdana. maksud dari berdana tersebut, bukanlah berupa uang saja, tetapi menyumbang tenaga juga termasuk berdana. Karena sangatlah bagus untuk menambah pahala kita. Beliau menceritakan kisah yang berhubungan dengan persembahan yaitu cerita burung merpati pada waktu di zaman Buddha Sakyamuni. Inti dari cerita tersebut, kehidupan lampau dari burung merpati itu karena pernah berbuat karma buruk seperti tamak, dll. Maka bukan hanya 1 kali kehidupan saja dia reinkarnasi menjadi burung, atau 8 kali reinkarnasi kehidupan atau 16 kali reinkarnasi kehidupan, tetapi sampai 16 kali dunia kiamat akan terus menjadi burung merpati. Buddha Sakyamuni melihat bahwa kehidupan mendatang burung merpati itu untuk menjadi Buddha sangatlah lama yaitu pada suatu kehidupan nanti, merpati itu memberi persembahaan kepada orang, saat itu lah pada beberapa kehidupan merpati tersebut akan mengenal Buddha Dharma dan melatih diri hingga pada beribu kehidupan bahkan sampai 16 kali dunia kiamat pada waktu mendatang merpati tersebut baru akan mencapai Buddha. Hal ini berarti karena berbuat karma buruk, maka penderitaan yang dirasakan sungguh tidak terbayangkan, bahkan sampai beribu ribu kehidupan bahkan berkalpa – kalpa.

Selesai menyampaikan ceramah-Nya, Acarya Lian Zhi memberikan Abhiseka Pemberkahan Marici Bodhisattva.

Upacara Api Homa Pemberkahan dan Penyeberangan Marici Bodhisattva berjalan dengan sukses dan sempurna berkat pancaran Cahaya Adhistana dari Maha Guru dan Para Buddha Bodhisattva.

Terima kasih kepada seluruh umat yang telah berpartisipasi dalam upacara ini.

Om Mani Padme Hum

Leave a comment

Your comment