Buddhata Tidak Memiliki Nama dan Netral

Majalah dharma talk edisi Februari 2012 telah terbit dalam versi electronic dan dapat di baca dan download selengkapnya di : https://www.shenlun.org/dharma-talk/2012/februari/. Berikut ini salah satu artikel yang berjudul Buddhata Tidak Memiliki Nama dan Netral dari Majalah dharma talk edisi Februari 2012

Pertama-tama, kita sembah sujud pada Biksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala, sembah sujud pada Adinata kebaktian hari ini Ksitigarbha Bodhisattva. Gurudhara, para Acarya, Dharmacarya, Bhikku Lhama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, dan umat se- Dharma di internet, tamu agung kita hari ini wakil ketua King County, selamat datang atas kehadirannya dalam kebaktian kita. Salam sejahtera semuanya.

Minggu lalu menerangkan SUTRA ALTAR PATRIAK VI, ketinggalan satu paragraf, satu paragraf mengenai Bocah Shen-hui, mengapa bisa ketinggalan? Karena SUTRA ALTAR PATRIAK VI yang ini ketinggalan paragraf ini, tidak menjelaskan tentang satu paragraf ini. Hari ini kita lengkapi satu paragraf ini.

Ada seorang bocah, bernama Shen-hui, “襄陽高氏子”, seorang anak Xiang-yang yang bermarga Gao, berusia 13 tahun, “自玉泉來參禮”, Yu-quan dan Chao-xi berjarak lumayan jauh, datang memberikan penghormatan dari tempat yang sangat jauh. Patriak VI bertanya, “知識遠來艱辛”, Anda datang dari tempat yang begitu jauh, begitu melelahkan, “還將得本來否”, kenalkah Anda dengan tampang asli Anda? “若有本則合識主。試說看”, jika Anda mengenal tampang asli Anda, katakanlah. Shen-hui berkata, “以無住為本”, tidak menetap adalah tampang asli saya, “見即是主”. “這沙彌爭合取次語”, begitu Patriak VI mendengarnya, bocah kecil ini baru berumur 13 tahun, apaan tidak menetap adalah tampang asli Anda, membaca Sutra lantas sembarangan kutip satu kalimat untuk dijelaskan secara sembarangan.

Shen-hui tentu saja juga bertanya pada Patriak VI, “Kalau saya bicara sembarangan, saya bertanya pada Anda, Biksu duduk meditasi itu melihat atau tidak melihat?” Dulu sadhaka memegang tongkat, Patriak VI menggunakan tongkatnya, memukul Shen-hui 3 kali, bertanya, “Saya pukul kamu, sakit atau tidak?” Shen-hui menjawab, “亦痛亦不痛”, sakit, juga tidak sakit. Patriak VI langsung menjawab, “Saya bermeditasi itu melihat, namun, juga tidak melihat.” Keduanya berdialog. Bocah Shen-hui pun bertanya, “Apa itu melihat atau tidak melihat?” Patriak VI menjawab, “Penglihatan saya adalah sering melihat kesalahan saya sendiri, namun, saya tidak melihat, memperhatikan, tidak memikirkan kesalahan dan kejahatan orang lain. Apa maksud kamu mengatakan sakit dan tidak sakit? Jika kamu tidak sakit, berarti kamu sama seperti batu dan kayu; jika kamu sakit, kamu sepenuhnya sama seperti orang awam. Orang awam akan sakit jika dipukul, tidak sakit berarti sama dengan batu dan kayu. Namun, karena kamu sakit, kamu akan timbul semacam kebencian. Yang dimaksud melihat dan tidak melihat itu relatif, dua sisi; sakit dan tidak sakit tergolong lahir dan mati, saat kamu dipukul, kamu kesakitan, saat kamu tidak dipukul, kamu tidak kesakitan, sehingga disebut lahir dan mati, bisa timbul dan bisa hilang. Jati dirimu, jati diri Tathagata tidak pernah melihat, kamu masih berani bersilat lidah di sini.” BegituShen-hui mendengarnya, segera namaskara dan bertobat.

Sabda Patriak VI sangat masuk di akal, melihat dan tidak melihat adalah dua sisi, sakit dan tidak sakit adalah lahir dan mati, sakit itu perasaan yang timbul, namun, saat tidak sakit, perasaan itu pun hilang. Orang biasa begini, jika Anda mengatakan tidak sakit, itu tentu saja bohong! Anda bersilat lidah; Anda mengatakan sakit, berarti orang awam. Shen-hui juga bukan batu, ia hanya seorang manusia, tentu saja ia bisa kesakitan, jawabannya adalah salah, sehingga, Shen hui pun mencerahi.

Patriak VI bersabda, yang Ia sabdakan ini, sebenarnya saya kurang sudi jelaskan, karena banyak istilah Agama Buddha di dalamnya, “Jika hati Anda bingung, tidak melihat Buddhata asal sendiri, maka Anda seharusnya meminta pentunjuk pada kalyana-mitra, untuk menemukan jalan melatih diri. Jika Anda sendiri memiliki tingkat pencerahan, Anda pun akan melihat jati diri sendiri, melatih diri berdasarkan Dharma ini. Anda tersesat sendiri dan tidak melihat hati sendiri, Anda sendiri sama sekali tidak melihat Buddhata! Malah datang menanyakan pada saya melihat dan tidak melihat. Menurut penglihatan saya, saya tahu tingkat pencerahan saya, namun, Anda sendiri tersesat, Anda tidak tahu. Jika Anda sendiri melihat jati diri sendiri, “亦不待吾迷”, yaitu saya tidak mengerti Anda, belum tentu juga Anda mengerti saya. “何不自知自見”, manusia harus mengetahui Buddhata sendiri, diri sendiri melihat Buddhata, Anda tidak dapat bertanya pada saya melihat dan tidak melihat.” Begitulah penjelasan secara harfiah. Shen-hui bernamaskara lagi pada Patriak VI, kira-kira namaskara 100 lebih namaskara, memohon pertobatan, meminta maaf karena berbuat salah, kemudian, melayani-Nya di sisi-Nya, memijat-Nya, menuangkan teh untuk-Nya, tidak meninggalkan sisi Patriak VI.

Selanjutnya satu paragrah ini, Shen-hui bicara sembarangan lagi. Suatu hari Patriak VI berkata pada orang-orang, “Saya ada sesuatu yang tidak berkepala dan tidak berekor, yaitu tidak memiliki awal maupun akhir, tidak memiliki nama, tidak ada belakang maupun depan, sama sekali tidak berbentuk, “諸人還識否”, tahukah Anda benda apa itu?” Shen-hui keluar dan menjawab, “Ini adalah asal mula dari Buddha! Yaitu Buddhata saya bocah Shen-hui.” “汝向去有把茆蓋頭,也只成箇知解宗徒”, ini adalah ucapan Patriak VI, pergilah! Anda tidak lebih dari seorang umat yang mengetahui Buddhata saja, dengan kata lain, Anda hanya tahu Buddhata saja, namun, tidak dapat mengutarakannya. Setelah Patriak VI mangkat, “會入京洛”, Shen-hui ke Jing-luo, “大弘曹溪頓教,著《顯宗記》,盛行于世(是謂荷澤禪師)”. Bocah Shen-hui kelak juga seorang mahaguru Zen, ia pergi ke Vihara Heze di Jing-luo, kemudian membabarkan ajaran seketika dari Caoxi, menjadi seorang guru Zen yang sangat agung.

Sebenarnya Patriak VI sedang memarahinya, “Tidak ada nama, mengapa kamu menyebutnya Buddhata asal?” Tidak ada nama, kamu masih menyebutnya Buddhata buat apa, tidak ada julukan untuknya. Namun, diam-diam sedang membimbing Bocah Shen-hui, tidak ada nama, kamu masih menyebutnya Buddhata apaan.

Saya membuat sebuah perumpamaan untuk Anda semua, jika Anda seseorang yang tinggal di dalam pedalaman gunung, Anda juga tidak melihat orang luar, orang luar juga tidak melihat Anda, kalau begitu, siapa Sheng-yen Lu? Jika saya tinggal di pedalaman gunung, saya tidak pernah melihat orang luar, orang luar juga tidak pernah melihat saya, saya justru seorang diri tinggal di pedalaman gunung, buat apa nama ini? Apa gunanya nama? Teori ini sangat mudah. Anda mengetahui sendiri dan melihat sendiri, Anda sendiri tahu Anda melihat Buddhata, Anda sendiri juga tahu Buddhata, Anda juga tahu ini sama sekali tidak ada awal maupun akhir, sama sekali tidak ada nama, Anda masih menyebutnya Buddhata? Ia sedang mengajarkan Bocah Shen-hui, oleh karena itu, Bocah Shen-hui kelak menjadi seorang guru Zen yang sangat agung, disebut Guru Zen Heze, begitulah maksudnya.

Selanjutnya, saya menjelaskan cocok dan tidak cocok. Anda harus mencerahi ajaran seketika, mencerahi Zen, bukan bersilat lidah, tidak perlu dijelaskan dengan mulut, tidak boleh mencontek dari kitab Sutra, tidak boleh menyontek gatha yang dulu pernah ditulis orang lain, anda perlihatkan pada Mahaguru. Mahaguru tentu saja bisa menulis, “Masuk akal, masih kurang sedikit lagi”, itu bukan milik Anda! Walaupun apa yang Anda tuliskan itu cocok dengan Buddhata, namun, Anda sendiri harus mengerti apa yang ditulis orang lain, Anda ubah, Anda hidup pada zaman modern, Anda jelaskan dengan bahasa modern, tidak perlu menjelaskan dengan mengutip kitab Sutra, saya pun tahu Anda telah menyaksikan, Anda benar-benar mengetahui sendiri, dan Anda pun menyaksikan Buddhata. Anda jangan mengutip kata-kata dari manusia kuno. Sakitkah Anda? “Sakit juga tidak sakit.” Membual! Patriak VI berkata padanya, “Saya melihat dan tidak melihat, namun, saya punya alasannya, saya melihat adalah melihat kesalahan sendiri, tidak melihat adalah tidak melihat kesalahan orang lain.” Disini mengandung teori cocok dan tidak cocok.

Semut menikah dengan gajah, belum dua hari sudah mau bercerai. Jaksa bertanya apa alasannya, semut berkata, “Bagaimana saya tidak bercerai dengannya, berciuman saja harus memanjat 20 menit.” Gajah sangat marah, “Saya yakin sekali bercerai dengannya, mengapa saya bersikeras mau bercerai, karena mau berciuman saja harus susah payah mencari dengan kaca pembesar, begitu ditemukan, pas mulut terbuka dan mengambil napas, ia sudah hilang lagi.” Inilah tidak cocok, keduanya tidak cocok.

Ucapan bocah Shen-hui tidak cocok dengan sabda Patriak VI. Begitu Patriak VI melihat, umur 13 tahun, anak kecil yang masih bau tengik mengatakan melihat Buddhata dan tidak melihat Buddhata, benar-benar meremehkan orang tua, masih membahas ini dengan saya. Sungguh, Buddhata sulit sekali diketahui, bahkan mengetahui pun sangat sulit; benar-benar sulit sekali diketahui, apalagi melihat. Bocah ini memang, “Saya menjadikan tidak menetap sebagai diriku, tidak menetap adalah pandangan saya”, bocah ini masih mengerti apa yang dimaksud tidak menetap, benar-benar membual. Dengan kata lain, saat Bocah Shen-hui dan Patriak VI baru bertemu, pembicaraan keduanya tidak cocok. Walaupun menjelaskan dengan Kitab Sutra, ia sendiri tidak memiliki pengetahuan dan pandangan sendiri, tidak memiliki pengetahuan sendiri, juga tidak memiliki pandangan sendiri, hanya kata-kata di dalam kitab Sutra.

Jadi, sekarang kalian tidak perlu menulis gatha lagi untuk saya, tidak perlu menulis gatha, Anda sampaikan pengetahuan Anda dalam beberapa kata sederhana, ucapkan dengan bahasa modern, jangan membuat saya menebak teka-teki. Kalian tuliskan gatha dan perlihatkan pada saya, inikah yang disebut pencerahan, saya tentu mengatakan “masuk akal, masih kurang sedikit lagi”, menuliskan gatha untuk saya, Anda cukup sebutkan satu kalimat modern, “Apa akhir dari sunya? Apa akhir dari abhava?” Anda jangan mengatakan sunya itu bukan sunya, abhava itu bukan abhava, itu adalah kalimat di dalam Sutra Buddha. Di mana pengetahuan Anda, tuliskan dan perlihatkan pada saya. Selain itu, “Mengapa bisa ada karma? Mengapa bisa ada tumimbal lahir?” Karena Anda telah sunya, mengapa ada tumimbal lahir dan karma? Anda harus menuliskan prinsip ini! Cukup beberapa kata saja, tuliskan beberapa kata dengan bahasa modern, saya pun tahu, sudah tahu Anda telah “shen-hui”, shen adalah semangat, Anda juga telah memahami, bukan selalu mengutip gatha zaman dulu untuk diperlihatkan pada saya, saya sudah banyak melihat! Itu bukan milik Anda! Semua sama dengan Bocah Shen-hui yang bicara sembarangan, yang ditulis sudah kedaluwarsa. Kalian jangan selalu menulis gatha kadaluwarsa untuk diperlihatkan pada saya, menyebabkan saya setiap hari sakit perut. Anda kutip bahasa modern, 4 kalimat modern, bahasa umum, Anda ucapkan beberapa kata saja, saya sudah tahu Anda telah mencapai pencerahan, Anda juga tahu. Selalu menulis gatha itu, membuat kembang api untuk diperlihatkan pada Anda, memandang bunga di dalam kabut. Tentu saja kembang api memiliki kebenaran tersendiri, itu tulisan manusia kuno, namun sudah kedaluwarsa, jangan buat Mahaguru selalu sakit perut, saya tidak tahan. Sungguh, kata-kata modern, beberapa kata saja sudah beres, apa hasil dari sunya? Apa hasil dari abhava? Anda tuliskan! Karma dan tumimbal lahir, mengapa ada karma dan tumimbal lahir, beberapa kata saja cukup, saya pun tahu Anda sudah memahami.

Bocah Shen-hui sangat pintar, namun, kepintaran dan pengetahuan dan pandangan tidak berhubungan! Anda harus tahu, Anda sangat pintar, banyak anak sangat pintar, namun, tidak ada hubungan dengan mengetahui Buddhata dan menyaksikan Buddhata, karena orang pintar, kadang-kadang belum tentu bisa mencapai Sukhavatiloka Barat, orang pintar sekarang bisa memikirkan banyak cara, memikirkan banyak kata untuk menipu insan, insan ditipu olehnya, ia pun menjadi kaya, juga menjadi pejabat, seperti politisi sekarang, politisi sangat pintar, yang menjadi presiden adalah lulusan Harvard University, sangat pintar, namun, mampukah ia mengetahui jati diri manusia? Tidak. Mampukah ia mengetahui Buddhata? Tidak. Apakah ia melihat jati diri sendiri? Juga tidak. Karena kepintaran telah menutupinya. Malah, nenek menyebut nama Buddha, apapun tidak tahu, “Menyebut Nama Amitabha, sepenuh hati japa Nama Amitabha”, hatinya juga tidak kacau, akhirnya ia terlahir di alam suci Buddhaloka. Lulusan Harvard University, atau kampus terkenal, lulusan Yale University, doktor lulusan Berkeley University, mereka tidak dapat ke Sukhavatiloka, malah, nenek yang tidak tahu apa-apa, setiap hari sebut nama Buddha, hatinya bisa stabil, sepenuh hati tidak galau, juga memiliki berkah, maka terlahir di Sukhavatiloka. Semua ini, tidak peduli Anda Doktor Havard! Doktor Yale! Doktor Berkeley! Tidak dapat melihat Buddhata, juga tidak dapat terlahir di alam suci Barat.

Shen-hui bertanya pada Patriak VI, “Mengapa kepala Anda gundul, menjadi biksu memang berkepala gundul, mengapa kepala Anda gundul?” Patriak VI menjawab, “Karena saya sangat pintar.” Lalu, Bocah Shen-hui berkata, “Kalau begitu, saya sekalian menggunduli kepala saya.” Patriak VI berkata, “Kalau begitu, Anda sok pintar, beda!” Sama-sama pintar, satu “sangat”. Apa yang dimaksud “sangat”? Tidak ada dua sisi, disebut “sangat”. Pengetahuan Anda ini tidak ada 2 sisi, bukan relatif, pandangan Anda ini juga sama, tidak ada 2 sisi, ini barulah pengetahuan yang sejati, pandangan yang sejati, oleh karena itu, disebut “sangat”, sampai di sana, tidak ada yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, kalian menjawab saya, justru harus menjawab satu pertanyaan ini, hanya ada satu, tidak boleh ada dua sisi, Anda harus mengutarakan apa sebabnya, tidak boleh ada dua sisi, benda ini tidak ada dua sisi, berarti Anda adalah pengetahuan yang benar! Disebut “sangat”, jika masih ada dua sisi, itu bukan “sangat” lagi.

Seperti yang kita katakan, 28 surga, Anda kira surga itu yang tertinggi? Salah, surga bukan yang “tertinggi”, karena paling tidak, ia berlawanan dengan neraka, ada surga maka ada neraka, itu relatif, surga 4 raja langit juga surga, namun, langit dan bumi itu relatif, jadi, langit multak bukan yang “tertinggi”. Kalau begitu, apa itu Buddha? Buddha seharusnya yang “tertinggi”, Anda sampaikan pada saya dengan sebuah bahasa modern, Ia adalah pencerah, mencerahi apa? Ia telah mengetahui Tathata, baru disebut “tertinggi”, Tathata itu “tertinggi”, Buddhata itu “tertinggi”, Buddha itu tertinggi, memang benar, ini adalah bahasa kuno, bagaimana penyampaian dengan bahasa modern? Anda harus memahami suatu kebenaran dan katakan pada saya, ini baru disebut “mengetahui”, baru disebut “pandangan sejati”. Melatih diri sangat sulit, ada yang melatih diri pada akhirnya menjadi sapi gila, bisakah? Bisa. Jadi, kita semua harus berhati-hati, melatih diri tidak semudah itu, jika Anda salah jalan, maka akan sakit jiwa. Jadi, Anda harus lambat dan mantap, Anda hidup di dunia ini, seketika Buddha berada di dunia ini, Anda pun dengan mantap melatih hati Anda, jangan ada fantasi dan kekacauan yang lain, jangan ada yang namanya mengantuk dan terlalu bersemangat, ini baru dapat memasuki Dhyana, baru dapat memiliki pengetahuan dan pandangan yang sejati.

Buddhata itu “tertinggi”, Buddha itu tertinggi, memang benar, ini adalah bahasa kuno, bagaimana penyampaian dengan bahasa modern? Anda harus memahami suatu kebenaran dan katakan pada saya, ini baru disebut “mengetahui”, baru disebut “pandangan sejati”.

Melatih diri sangat sulit, ada yang melatih diri pada akhirnya menjadi sapi gila, bisakah? Bisa. Jadi, kita semua harus berhati-hati, melatih diri tidak semudah itu, jika Anda salah jalan, maka akan sakit jiwa. Jadi, Anda harus lambat dan mantap, Anda hidup di dunia ini, seketika Buddha berada di dunia ini, Anda pun dengan mantap melatih hati Anda, jangan ada fantasi dan kekacauan yang lain, jangan ada yang namanya mengantuk dan terlalu bersemangat, ini baru dapat memasuki Dhyana, baru dapat memiliki pengetahuan dan pandangan yang sejati.

Si A berkata pada Si B, “Akhir-akhir ini saya kerja paruh waktu.” Si B berkata, “Di mana kamu bekerja?” Si A berkata, “Saya bekerja di rumah sakit jiwa.” “Kalau begitu, apa kerja kamu di rumah sakit jiwa?” Si A berkata, “Saya menjadi objek penelitian.” Manusia harus tahu diri, biasanya, terkena sakit jiwa, ia ada “penglihatan”, juga pengetahuan, juga ada penglihatan, hanya saja, pengetahuannya itu kacau, penglihatannya juga kacau, ini disebut “skizofrenia”. Melatih diri harus hati-hati, jangan skizofrenia, jangan kacau, jangan ada fantasi, harus melatih diri berdasarkan urutan dan tingkatannya, suatu hari nanti akan mencapai tujuan, jangan berpikiran untuk mencapai langit dalam satu langkah. Ada orang berkata, malam ini saya melihat apa, besok melihat apa, lusa melihat apa, setiap hari melihat, yang ia latih bukan nomor satu, tetapi menjadi nomor dua. Nomor dua itu bukan daya gaib, melainkan gila. Kita harus hati-hati dalam melatih diri! Yang namanya pengetahuan dan pandangan, bukan hasil pungutan. Mahaguru memiliki pengetahuan dan pandangan, bukan sembarang dipungut dari Kitab Buddhis, melainkan melatih dengan sungguh-sungguh selama 40 tahun, akhirnya tahu apa itu “tidak lahir dan tidak mati”, “tidak bertambah dan tidak berkurang”, “tidak bersih dan tidak kotor”, “tiada awal dan tiada akhir”, akhirnya paham. Namun, Anda tidak boleh menulis “yang namanya Buddhata adalah tiada awal dan tiada akhir, tidak bertambah dan tidak berkurang, tidak lahir dan tidak mati, tidak bersih dan tidak kotor”, ini ada di dalam kitab Buddhis! Anda harus mengutarakan satu yang nyata, karena Anda mencerahi dari sini. Tiada awal dan tiada akhir, benda apa yang tiada awal dan tiada akhir? Benda apa yang tidak bertambah dan tidak berkurang? Benda apa yang tidak lahir dan tidak mati? Benda apa yang tidak bersih juga tidak kotor? Cerahilah dari sini! Saya bukan meminta Anda menuliskan jawabannya, melainkan mencerahi dari sini, Anda akhirnya tahu, mengerti. Ini adalah prinsip pertama.

Prinsip kedua, Anda harus tahu mengapa ada tumimbal lahir, mengapa ada karma, tumimbal lahir, apa itu karma? Anda harus menuliskan agar saya tahu, saya baru dapat konfirmasi Anda mencapai pencerahan. Sekarang Taiwan muncul banyak yang mengaku dirinya mencapai pencerahan, mereka semua mengatakan “Mahaguru konfirmasi saya mencapai pencerahan!” Karena Anda menjiplak sebuah pepatah di dalam Sutra Buddhis, saya menulis “bagus”, “bagus sekali”, ia pun mengambil satu lembar itu dan mengatakan “Mahaguru konfirmasi saya telah mencapai pencerahan”, sebenarnya bukan konfirmasi Anda mencapai pencerahan, “bagus” juga bukan, “sangat bagus” juga bukan, “masuk akal” juga bukan, “sangat sangat sangat sangat sangat dekat” juga bukan! Anda masih belum mengutarakan titik beratnya! Hanya ada satu yang “tertinggi”! Ia mengaku dirinya telah mencapai pencerahan, ia juga konfirmasi orang lain mencapai pencerahan, ia sudah konfirmasi orang lain, loh! Oh Tuhan! Seluruh Taiwan adalah orang yang mencapai pencerahan!

Anda tidak mengutarakan titik berat, bunga yang sejati Anda belum ungkapkan, Sang Buddha memegang bunga, ini sejati, Anda sembarangan memetik sekuntum bunga dan mengatakan, ini juga, itu bunga liar! Ada sebuah keluarga beranggotakan 3 orang makan di restoran, akhir-akhir ini populer ORGANIC, orang dewasa pesan hewan liar dan sayuran liar. Sekarang semua orang suka makan makanan liar, TRANSLATOR kita adalah MISS ORGANIC, ia khusus makan makanan ORGANIC, bila ia termakan makanan yang tercampur kimia, ia akan bermasalah. Seperti saya asal makan, baik ORGANIC maupun bukan ORGANIC, saya pun makan, tidak ada masalah. Yang sering makan ORGANIC, kelak makan yang bukan ORGANIC, maka gawatlah Anda. Anak ini tidak mengerti, “Ibu, mengapa begitu banyak yang liar?” Ibu berkata, “Yang liar barulah bergizi, semua orang pergi ke restoran, itu liar, sayuran yang baru dipetik.”

“Baik!” Si anak bertanya, “Yang liar itu bagus, kalau begitu, apakah saya anak liar?”

Sekarang, semua orang menjawab pertanyaan pencerahan, sebagian besar adalah liar, yang sejati hanya satu — “tertinggi”, mutlak bukan liar. Anda sembarangan mengambil satu benda liar, semua tidak benar, hanya ada satu jawaban, “tertinggi”, mutlak bukan relatif, cerahilah dari sini, baru dapat benar-benar mencapai pencerahan.

Mahaguru sebagai hakim yang memutuskan kasus, “Apakah Anda mencapai pencerahan, cerah atau tidak?” Sejujurnya saya beritahu Anda semua, hingga hari ini, saya hanya menyampaikan pada satu orang, yaitu Acarya Lian-ning. Lalu, bagaimana dengan orang lain yang diberikan jubah silsilah? Ketahuilah, pencerahan mereka benar separuh. Pencerahan mereka hanya benar separuh saja, separuh yang mana, “sunya” telah dicerahi dengan benar; sedangkan aspek “tumimbal lahir”, “karma”, dan “abhava”, mereka belum memiliki pengetahuan dan pandangan. Namun, karena saya juga memiliki suara simpati, mereka terlalu susah mencerahinya, jadi, pencerahan Anda hanya benar separuh, dulu, Patriak VI Hui-neng juga mencerahi separuh, separuh lagi diberitahu oleh PatriakV tt. Pencerahan yang benar separuh sudah sangat luar biasa, jadi, semua diberikan jubah silsilah, separuh lagi saya mau simpan, benar tidak? Semua diungkapkan, kalau begitu, saya masih makan dan minum apa lagi? Ada seorang jaksa juga mencerahi separuh saja, suatu hari istri seorang jaksa melihat 2 ekor nyamuk, sehingga memanggil suaminya untuk “mematikan kedua nyamuk ini”, jaksa ini akhirnya hanya mematikan seekor nyamuk, nyamuk ini makan dengan kenyang, namun, tidak mematikan nyamuk lain. Si istri bertanya, “Mengapa?” “Karena nyamuk ini sepertinya belum menggigit orang, perutnya masih kempis, jadi, nyamuk ini tidak boleh ditepuk, karena bukti tidak cukup kuat.”

Hari ini saya katakan pada Anda semua, kalian harus mengerti pencerahan Patriak VI, Ia mutlak adalah “tertinggi”, satu-satunya, tidak ada jawaban kedua. Jadi, yang kalian berikan pada saya, jika benar separuh, saya pun berikan jubbah silsilah, mengenai separuh lagi, saya mau melihat Anda telah matang, saya baru katakan pada Anda. Jaksa juga ada simpati, sekarang, Mahaguru adalah jaksa, kalian menyerahkan pengetahuan dan pandangan pencerahan, begitu saya lihat, susu kedaluwarsa, Mahaguru begitu lihat pun sakit perut. Itu yang dulu dikatakan oleh Sang Buddha, yang dikatakan oleh Guru sesepuh kita Patriak VI, semua ini adalah susu kedaluwarsa, begitu melihatnya akan sakit perut. Jangan bawa yang kedaluwarsa, juga jangan bawa yang liar, hanya ada satu macam, Sang Buddha memegang bunga, pengetahuan dan pandangan Anda yang benar, Anda telah paham, ini barulah pengetahuan dan pandangan yang benar. Anda tidak boleh mengatakan hanya benar separuh, benar separuh itu memberikan suara simpati, jadi, yang mendapatkan jubah silsilah, masih harus mencerahi lagi. Lian-ning, saya sudah mengutarakan semuanya, hanya ia seorang yang tahu, orang lain tidak tahu, juga tidak boleh dikatakan, karena jawaban “tertinggi” ini, begitu Anda katakan, orang di seluruh dunia pun belum tentu percaya, inilah sebabnya tidak boleh dikatakan; karena jika dikatakan, banyak orang akan mengatakan, “Mana mungkin”, karena mereka belum mencapai tingkatan tersebut; alasan tidak boleh dikatakan, begitu dikatakan, semua orang di seluruh dunia tahu jawabannya. Namun, paling tidak banyak orang tidak akan percaya, cerahi dari sini.

Om Ma Ni Padme Hum.

Dalam majalah dharma talk ini berisi penjelasan mengenai:

    • * Manusia Terbang – Banyak orang sebenarnya sama sekali tidak mempunyai pengetahuan Dharma sejati tentang cara melatih diri. Begitu menemukan sebuah buku, mereka langsung berlatih secara membabi-buta, tidak peduli akan akibatnya. Orang-orang “pintar” seperti ini, begitu masuk dalam khayalan, langsung terjerumus. Sedikit yang berhasil lolos dari ujian.
    • * Bersahabat Dengan Roh Pastur – Saya melihat Pastur Su, dengan tangannya berdiri memegang Alkitab, berdiri dibawah pohon bambu mengenakan jubah pastur berwarna hitam dengan selendang putih dilehernya. Langkah dan sikapnya begitu tenang. Dia melambaikan tangan kepada saya. Saya tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Ini mungkin karena racun yang diteguknya telah merubah wajahnya sehingga dengan sengaja ia tidak mau menampakkan wajahnya dengan jelas.
    • * Buddhata Tidak Memiliki Nama dan Netral
    • * Mengetuk Jendela Hatimu – Semoga buku “Mengetuk Jendela Hatimu” ini dapat membuat kita semua timbul keyakinan untuk belajar Buddha.
    • * Perjalanan Gurudhara Acarya Lianxiang Ke Indonesia – Mahaguru berharap Mahasadhana Kalachakra dibabarkan secara luas di sini, setiap umat sekuat tenaga membabarkan, satu orang sebarkan pada sepuluh orang, sepuluh orang sebarkan pada seratus orang, agar lebih banyak insan menjalin hubungan baik dengan mahasadhana ini, semua orang akan memiliki pahala yang sangat besar; mari kita semua menjadi relawan sumbang dana dan tenaga, semakin banyak tenaga yang Anda sumbangkan, artinya Anda semakin menjalin hubungan baik dengan para insan luas.
    • * Kekekalan Sejati Tidak Kekal, Tidak Kekal – Kekal adalah tidak kekal, tidak kekal adalah kekal, ini disebut kekekalan sejati, kekekalan sejati adalah tidak kekal, sesederhana inilah.
    • * Taois Maoshan – Karena, ada seorang Taois Maoshan, karena iri dengan nama besar saya, memanah Mahaguru Lu dengan 3 anak panah.
    • * Urutan Abhiseka – Urutan abhiseka adalah setingkat demi setingkat, untuk tingkat dasar adalah abhiseka biasa, setelah berguru, maka harus melakukan abhiseka sarana. Zhenfo Zong kita adalah abhiseka sarana dan Abhiseka Caturprayoga, tadinya Abhiseka Caturprayoga itu satu abhiseka untuk prayoga pertama, satu abhiseka untuk prayoga kedua, satu abhiseka untuk prayoga ketiga, satu abhiseka untuk prayoga keempat.
    • * 蓮生活佛講心經 -“【無苦集滅道】— 道(一)”

Terima Kasih atas dukungan dan doanya.
=======================================================================================================

Bagi temen temen sedharma yang ingin mendapatkan hard copy majalah dharma talk dapat mengisi formulir berlangganan majalah dharma talk yang dapat di https://www.shenlun.org/dharma-talk

Bagi temen temen sedharma yang berminat menjadi donatur dharma talk , dapat  mengisi formulir donatur dharma talk yang dapat di peroleh di sini dan mengirimkan kembali ke redaksi Dharma Talk melalui email, post atau fax vihara.

Majalah Dharma talk juga menerima :

      • * Pemasangan kolum sutra atau mantra -Untuk informasi lebih lanjut mengenai setting, ukuran, tipe kolom mantra dan sutra dapat menghubungi redaksi melalui email di [email protected] atau [email protected] untuk keterangan lebih lanjut
      • * Pemasangan iklan. Iklan yang terpasang di dalam Majalah Talk akan di baca dan di lihat hampir semua umat zhen fo zong dan orang yang berjodoh di seluruh Indonesia, karena majalah ini di bagi bagikan ke berbagai wilayah indonesia dan beberapa kota di negara Malaysia.

Selain dari beberapa cara yang telah di jelaskan di atas, Majalah dharma talk juga membuka cara lain bagi temen temen yang berminat untuk membantu upaya redaksi melakukan penyampaian dharma dengan:

      • * Berpartisipasi dalam tim Dharma Talk
      • * Mengirimkan cerita pengalaman kontak batin yang di alami
      • * Mengirimkan cerita yang mengandung Dharma yang berkesan
      • * Mengirimkan Foto/Gambar unik yang berhubungan dengan Budha Dharma

Redaksi Majalah Dharma Talk
Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya (聖輪雷藏寺)
Jalan sayangan Lrg. Rumah Kuning Lama No. 619 Palembang
Telp. (0711) 350 798 Fax. (0711) 320 124
Email: [email protected]
Website: https://www.shenlun.org
Blog : http://blog.shenlun.org
Facebook: http://www.facebook.com/ViharaVajraBhumiSriwijaya
Youtube: http://www.youtube.com/j1ngen

Leave a comment

Your comment