Yao Chi Jin Mu (Golden Mother) – 瑤池金母 (Yao Chi Jin Mu)

Yao Chi Jin Mu (Golden Mother) – 瑤池金母 (Yao Chi Jin Mu)
(Yao Chi Jin Mu Dewi Penguasa Langit Barat)

Dalam Agama Buddha khususnya aliran Tantrayana Zhen Fo Zong, pasti tidak asing mendengar nama agung Yao Chi Jin Mu. beliau adalah seorang dewi yang pertama kali membuka mata batin Mulacarya Lu Sheng Yen. Tapi tidak banyak yang mengetahui kisah Yao Chi Jin Mu.

Xi Wang Mu, yang secara umum dipanggil Wang Mu Niang Niang, sering juga disebut sebagai Yao Chi Jin Mu. Yao Chi Jin Mu bertempat tinggal di gunung Guan Lun Shan, gunung suci bagi kaum Taoisme, sama halnya dengan gunung Semeru bagi umat Buddha yang berselimutkan salju. Pegunungan Gun Lun mempunyai keliling 1000 li atau 333 mil. Istananya dikelilingi oleh benteng dari emas dan batu mulia. Sedangkan pavilium di sebelah kanannya merupakan tempat bermukim para dewa, yang terbagi menjadi beberapa golongan menurut warna pakaian yang dikenakannya yaitu merah, biru, hitam, ungu, kuning, dan warna alam. Disini terdapat sebuah air mancur besar yang dibangun dari bermacam – macam batu mulia dan disebut yao-chi atau Telaga Zamrud. Pesta buah tao atau persik atau Pan Tao Hui diselenggarakan di sini dengan dihadiri oleh kalangan dewa – dewa. Pesta ini diadakan untuk menikmati buah tao, yang konon hanya berbuah 3.000 tahun sekali, dan siapa saja yang menyantapnya akan memperoleh umur panjang. Hari inilah yang ditetapkan sebagai hari lahir Xi Wang Mu, disaat para dewa berkumpul untuk memberi selamat kepadanya.

Yao Chi Jin Mu memiliki hubungan yang erat dengan Zhen Fo Zong. Berikut ini sepenggal cerita mahaguru* yang di ambil dari Buku Padmakumara yang juga dapat di baca di Majalah Dharma Talk edisi Oktober 2009


Pada suatu malam, di tahun 1969, aku bermimpi mendaki sebuah gunung yang tinggi. Di puncak gunung berdiri sebuah kuil kuno. Aku berjalan masuk tanpa merasa ragu ragu seakan akan aku sedang pulang ke rumahku sendiri. Di dalam kuil banyak terdapat arca dewa dewa. Diantara arca arca itu, ada yang berwajah ramah dan welas asih; ada yang terlihat angker; dan ada juga yang terkesan agung dan berwibawa. Ketika Mahaguru masuk ke ruang utama kuil, disana sudah berdiri seorang yang sangat tua mengenakan jubah pendeta. Ia menerangkapkan kedua tangan di depan dadanya memberi salam dan berkata bahwa orang tua itu telah lama menunggu kedatangan Mahaguru. Tapi Mahaguru merasa tidak ingat ada ikatan perjanjian diantara mereka. Lalu orang tua itu berkata “Engkau tidak akan mengerti kalau tidak dipukul.” Sambil mengangkat kebutnya dan mencambuk kepala Mahaguru. Mahaguru yang merasa kaget, terbangun dari mimpi itu.

Pagi itu adalah hari Minggu, dan ibu dari Mahaguru meminta Mahaguru menemanunya ke kuil. Jadi meskipun Aku (Mahaguru) seorang Kristen aku memutuskan untuk menemaninya ke kuil dekat rumah. Aku pergi kekuil bukan untuk membakar hio atau untuk berlutut di depan arca arca dewa tetapi seperti seorang turis yang mengunjungi tempat wisata. Di dalam hati aku menertawakan orang – orang yang berlutut didepan arca arca dewa, apalagi bila orang – orang itu berpakaian sanagt perlente. Sangat lucu bagiku melihat mereka bersembah sujud didepan arca arca dengan muka yang begitu serius.

Kuil yang kudatangi itu tidak begitu besar. Namanya adalah Yu-huang-kung (kuil Maha Dewa Giok Hong Ta Ti). Yang mengurus kuil itu adalah seorang pendeta yang bernama Shih Hui-iing. Hampir semua arca arca dewa di kuil itu asing bagiku. Ternyata di hari itu diselenggarakan suatu perayaan. Kuil itu begitu penuh dengan orang – orang yang berdesak –desakan. Karena ruangannya sangat penuh dengan asap hio, aku keluar ke lorong di samping kuil untuk menghindari asap. Dan dari tempat aku berdiri aku memandang ke dalam kuil dan melihat bahwa diantara keramaian ada seorang wanita berbaju hijau. Kelihatannya ia telah mencapai usia lebih dari 50 tahun. Ia berlutut didepan arca arca itu dan sepertinya sedang bercakap – cakap dengan arca arca itu. Banyak orang yang mengelilinginya. Ia sedang menjawab pertanyaan mereka. Tiba – tiba wanita itu berdiri dan berteriak, “Siapakah yang bernama Lu Sheng-Yen? Siapa diantara kalian yang bernama Lu Sheng-Yen?” aku mendengar ia memanggil manggil namaku, meskipun aku berdiri diluar kuil.
Ibuku juga mendegar teriakan itu. Ia maju kedepan dan bertanya, “Mengapa anda mencari Lu Sheng-Yen?”

“Bukan aku yang mencarinya,” jawab wanita berjubah hijau itu. “Cepat bawa dia kemari. Para dewa ingin menyampaikan sesuatu.”
Aku masuk kedalam dan berdiri dihadapannya.
Wanita itu berwajah buruk. Satu matanya melihat keatas dan satunya lagi melihat kebawah. Mulutnya miring. Orang – orang disekelilingnya menjelaskan bahwa konon satu matanya itu melihat ke surga dan satunya melihat keneraka.
“Apakah engkau Lu Sheng-Yen?”, tanya wanita itu.
Tanpa menjawab, ia berlutut lagi dihadapan arca dan mulai berguman dengan suara kecil tak terdengar. Kemudian ia menoleh kepadaku dengan suara kecil tak terdengar. Kemudian ia menoleh kepadaku, dan menanyakan beberapa pertanyaan dan semua jawabanku “Ya” dan “betul”….

Baca kelanjutannya dan download di situs Vihara

Sumber:

  • Buku Padmakumara 1
  • Intisari Ceramah Dharmaraja Lianshenghuofo , 23 Maret 2008 dalam Dharmadesana Api Homa Yaochijinmu di Rainbow Villa – Padmakumara’s Blog
  • Dewa-dewi kelenteng
  • Compilled by: VVBS web team

    Comments (1)

    Vihara Vajra Bhumi SriwijayaNovember 21st, 2010 at 5:26 pm

    @ all : _/_ terima kasih sudah like link ini. _/_

    Leave a comment

    Your comment