Meyakinkan Seseorang Dengan Bantuan Dewa Tanah Kota Peng-Hu

Majalah dharma talk edisi Juni 2010 telah terbit dalam versi electronic dan dapat di baca dan download selengkapnya di : https://www.shenlun.org/dharma-talk/2010/juni/
Berikut ini salah satu artikel dari dharma talk edisi Juni 2010 yang berjudul Meyakinkan Seseorang Dengan Bantuan Dewa Tanah Kota Peng-Hu

Kapten wei dan aku mendapat tugas pergi dengan pesawat terbang ke kota Penghu, sebuah pulau di Barat Daya Taiwan, untuk melakukan pengukuran geografi disuatu tempat.

“Saya mendengar anda adalah seorang yang sangat yakin kepada Buddha,” kata Kapten Wei memulai pembicaraan.

“Betul. Bagaimana dengan anda sendiri ?”

“Saya?, Saya bukanlah seorang yang serius didalam kerohanian,” kata Kapten Wei. “Bagi saya, asalkan saya menuruti hati nurani saya, itu sudah cukup. Telah banyak orang berkhotbah berusaha mencoba menarik saya kepada aliran kepercayaan mereka. Saya juga telah menghadiri upacara kebaktian digereja beberapa kali. Kristen dan Budhisme itu sama saja buat saya. Istri saya menganjurkan saya untuk bersembahyang kepada Kwan Im, tetapi saya pikir bahwa asalkan didalam hati saya menaruh hormat itu sudah cukup. Bagi saya, rasanya terlalu berlebihan untuk merepotkan diri dengan hal-hal bertele-tele seperti menyalakan hio dan berlutut membungkuk badan?”

“Pernyataan anda mengandung kebijaksanaan,” kataku kepadanya. “Kalau saja semua orang mempunyai kebaikan hati seperti anda, betapa baiknya. Tetapi kita tidak dapat menyangkal kenyataan bahwa sebagian orang mengalami peristiwa-peristiwa yang aneh tapi nyata berkaitan dengan kehadiran dan bantuan dari para Bodhisattva.”

“Oh, yang anda maksud pastilah tentang ramalan-ramalan yang bersifat kebatinan.
Saya baru percaya kalau melihat dengan mata kepala sendiri. Saya dengar anda merupakan seorang ahli didalam bidang ini, tetapi maaf, saya baru percaya kalau melihat bukti nyata. Mungkin anda pikir saya adalah seorang yang keras kepala. Kalau hal-hal seperti ini betul-betul nyata, mungkin saya akan menekuni Budhisme.”

Penerbangan ke kota Penghu memakan waktu 30 menit. Penghu terkenal dengan
anginnya. Dari jendela pesawat aku dapat melihat ombak-ombak bergelombang besar
di lautan. Ketika kami mendarat, angin sedang bertiup dengan sangat kuatnya. Menurut informasi dari pelayan hotel tempat kami menginap, ternyata angin kencang seperti ini merupakan kejadian biasa sehari-hari.

Aku bersama Kapten Wei pergi berwisata mengelilingi kota. Ia memberitahuku bahwa ia bersama istrinya pernah tinggal di Penghu selama beberapa tahun. Istrinya dulu suka sakit-sakitan, dan karenanya istrinya suka pergi ke Kuil Kwan Im untuk bersembahyang memohon kesehatan badan. Nyonya Wei ini pernah membuat janji untuk memberikan persembahan kepada Kwan Im, tapi belum melaksanakannya.

Ketika kami tiba kembali di hotel tempat kami menginap, jam sudah menunjukan pukul 9 malam masih terlalu dini untuk tidur tetapi juga tidak ada hiburan untuk membuang waktu. Karena iseng, Kapten Wei mengeluarkan beberapa koin dari kantong celananya. Ia mengepalkan tangannya yang memegang koin-koin itu dan berkata, “Coba saya test apakah ramalan-mu tepat atau tidak. Tebaklah berapa jumlah koin yang saya genggam ditangan saya ini. Bila engkau dapat menebaknya dengan tepat, saya akan menekuni Budhisme. Kalau tidak tepat, engkau harus mentraktir saya ke bioskop.”

Test semacam ini selalu membuatku tidak enak. Tetapi aku sulit untuk menolak tantangan ini. Aku memejamkan mata, merapatkan kedua tanganku, dan berdoa didalam hati, “Saya, Lien Sheng, seorang murid yang membina batin, berdasarkan ajaran Dharma yang tak terhingga, dengan hormat mengundang kedatangan dewa manapun yang berada disekitar tempat ini. Dengan hormat, aku memohon pertolongan,” aku mengulang perkataan ini beberapa kali. Akhirnya seorang dewa muncul ia berbusana indah dengan jubah yang beraneka warna serta bergambarkan naga. Wajahnya penuh wibawa dari tubuhnya terpancar sinar yang berkilauan.

Tentu saja Kapten Wei tidak dapat melihat sang dewa. Pada saat itu aku sudah mampu melihat sebagian besar dewa kecuali para Buddha dan Bodhisattva yang berada di alam tak berwujud.

“Aku adalah dewa yang berkuasa di daerah ini.” Kata Dewa tersebut. “Aku tidak tahu apa kebutuhanmu. Engkau memanggilku dengan alasan Dharma.”

“Saya sangat malu dan tidak enak hati merepotkan anda seperti ini. Tetapi, teman saya ini, Kapten Wei telah memberikan saya sebuah test. Ia menguji saya untuk menebak berapa jumlah koin yang di genggam di tangannya. Dapatkah anda memberi tahu saya jawabannya?” Aku pikir merepotkan Dewa Bumi setempat dengan hal sekecil ini pastilah membuatnya marah.

Sang Dewa Tanah menjawab, “Urusan begitu kecil. Mengapa engkau begitu bodoh melakukan hal-hal tak berguna seperti ini?”

“Bila saya dapat menjawab pertanyaan ujiannya ini dengan tepat, saya dapat meyakinkannya untuk menekuni Buddha Dharma. Ini merupakan suatu pekerjaan yang mulia. Hanya kali ini saja, saya memohon. Saya tidak akan mengganggu anda lagi.”

“Ada 14”, jawab Sang Dewa sambil pergi menghilang.

Saya katakan kepada Kapten Wei bahwa ada 14 koin ditangannya. Ia menghitungnya satu demi satu. Ia sendiri sebelumnya tidak mengetahui jumlah koin ditangannya ternyata betul-betul ada 14 koin.

Kapten Wei memandangku. “Luar biasa,” katanya. “Ramalanmu betul-betul sangat tepat. Saya akan menepati janji saya. Begitu ada waktu luang, saya akan menemani anda pergi kesemua kuil dikota ini sambil menggunakan kesempatan ini untuk mengunjungi kuil Kwan Im memberikan persembahan kepada Kwan Im sesuai janji yang dibuat oleh istri saya.”

Kapten Wei benar menempati janjinya. Setelah kami menyelesaikan tugas, ia menemaniku mengunjungi seluruh kuil-kuil di kota Penghu ,baik kuil Taoisme maupun kuil Buddhisme.

Satu dari kuil-kuil yang kami kunjugi adalah kuil yang memuja dewa bumi setempat. Arca sang dewa bumi berada di tengah altar. Kebetulan pada saat itu ada umat yang sedang memanjatkan doa, sang dewa bumi yang sedang duduk di kursi mengawasi pemanjatan doa segera bangun begitu melihat kami serta berkata, “oh, aku mengenali sekarang! Engkau adalah murid dari Yang Mulia San San Chiu Hou. Pantas saja engkau memanggilku dengan nama istimewa yang jarang digunakan orang. aku mohon maaf atas kekasaran sikapku kemarin itu.”

“Oh, tidak, tidak. Justru saya datang untuk berterima kasih atas pertolongan anda.
Sekarang teman saya, Kapten Wei, telah berjanji untuk menekuni ajaran Budhisme.
Suatu saat, bila ia mencapai ke Budhaan, betapa besarnya pahala anda.”

“Oh, jangan berkata begitu,” kata sang Dewa Bumi dengan rendah hati. Aku melihat
dua makhluk pegawai mengedipkan mata kepadaku.

Setiba kembali di kota Tai-Chung, Kapten Wei telah menjadi seorang yang baru. Ia menjadi seorang yang sangat serius menekuni ajaran Budhisme. Ia mencetak banyak sutra-sutra (kitab-kitab suci) Budhisme untuk dibagi-bagikan secara gratis kepada yang memerlukan. Ia memasang altar sembahyang dirumahnya. Kapten Wei mempunyai 3 putra, sedangkan Nyonya Wei telah lama bersembahyang memohon seorang anak putri. Ternyata sewaktu ia hamil dan melahirkan ia benar-benar diberkati dengan seorang anak putri. Mereka merasa sangat berbahagia. Kesehatan Nyonya Wei yang suka sakit-sakitan juga banyak membaik. Kapten Wei menjadi semakin serius mempelajari dan melaksanakan Dharma.

Dalam majalah dharma talk ini juga berisi penjelasan mengenai:

  • * menyakinkan seseorang dengan bantuan Dewa Tanah kota Peng-Hu
  • * Dharmaraja Mahaguru Living Buddha Lian Sheng memimpin Homa Yaochi Jinmu di Rainbow Temple berceramah tentang Samadhi.
  • * Dharmaraja Mahaguru Living Buddha Lian Sheng memimpin Homa Vajrasattve yang luar biasa di Rainbow Temple.
  • * Arsip menjadi bhikku. seorang Bhikku harus memiliki 4 ikrar yakni : berikrar menyelamatkan para insan dari kesusahan, berikrar menyingkirkan kebingungan para insan, berikrar menghentikan pandangan sesat para insan, berikrar menyeberangkan para insan dari lingkaran samsara.
  • * Arsip menjadi bhikku. seorang Bhikku harus memiliki 4 ikrar yakni : berikrar menyelamatkan para insan dari kesusahan, berikrar menyingkirkan kebingungan para insan, berikrar menghentikan pandangan sesat para insan, berikrar menyeberangkan para insan dari lingkaran samsara.
  • * Disamping menjalankan praktek nyata bersadhana, kita juga harus menguasai semua teori seperti tentang Catur Prayoga, Guru Yoga, Yidam Yoga, Prana, Nadi, Bindu, memunculkan sinar murni, cara menggerakkan bindu untuk mencapai Dzogchen. Kita harus menggabungkan teori dan praktek untuk mencapai tujuan ini.
  • * Dukha, sunya dan anitya adalah fenomena nyata di dunia manusia. Dana, Ksanti, Virya, Sila, Samadhi, dan Prajna adalah pintu Dharma menekuni Mahayana. Hinayana juga menekuni Sila, Samadhi, dan Prajna. Sesungguhnya, kita berlandaskan Hinayana dan menyeberangkan insan melalui Mahayana, bila keduanya dipadukan dalam melatih diri, bukankah ini sangat luar biasa! Inilah asumsi saya.
  • * Upacara Akbar pemberkatan Musim Semi di Vihara Vajragarbha Taiwan berlangsung sukses dan sempurna Mahaguru Lian Sheng memohon Mahamayuri memberkati dan melindungi para insan. Asal usul yidam utama upacara Mahamayuri sangat luar biasa, merupakan titisan gabungan dari 3 sosok Buddha—Nisyandakaya Vairocana, Nirmanakaya Buddha Amitabha, Sambhogakaya Buddha Sakyamuni, kontak yoga dengan Mahamayuri bisa mengubah karma tetap. Sesosok Buddha tidak dapat merubah karma tetap, lewat Mahabala dari banyak Buddha, Mahamayuri dapat membelokkan karma tetap.
  • * Menjalin hubungan baik secara luas sukacita turun dari langit Mahaguru dan Gurudhara hadir memancarkan cahaya di Vihara Guangxi-Taoyuan, Taiwan.
  • * Buddhadharma di dunia digunakan secara upaya Kausalya.
  • * Reuni teman kuliah Mahaguru Living Buddha Lian Sheng berlangsung hangat dan mengharukan.
  • * Sadhaka tidak seharusnya membicarakn, melakukan kesalahan, belajarlah mengasihani dan toleransi. Patriak VI dalam Bab Prajna menjelaskan, empat titik berat yang langsung Buddha Guru tunjukkan secara tajam dari kutipan Sutra ini antara lain: 1. Tidak membicarakan kesalahan, tidak mengutarakan kesalahan. 2. Menghindari kesalahan, tidak melakukan kesalahan. 3. Sepenuhnya tidak ada kesalahan, maka tidak ada kerisauan. 4. Tidak ada niat membenci dan mencintai, tubuh, dan hati baru bisa bebas leluasa tanpa beban.

==================================================================

Bagi temen temen sedharma yang ingin mendapatkan hard copy majalah dharma talk dapat mengisi formulir berlangganan majalah dharma talk yang dapat di https://www.shenlun.org/dharma-talk

Bagi temen temen sedharma yang berminat menjadi donatur dharma talk , dapat  mengisi formulir donatur dharma talk yang dapat di peroleh di sini dan mengirimkan kembali ke redaksi Dharma Talk melalui email, post atau fax vihara.

Majalah Dharma talk juga menerima :

  • Pemasangan kolum sutra atau mantra -Untuk informasi lebih lanjut mengenai setting, ukuran, tipe kolom mantra dan sutra dapat menghubungi redaksi melalui email di [email protected] atau [email protected] untuk keterangan lebih lanjut
  • Pemasangan iklan. Iklan yang terpasang di dalam Majalah Talk akan di baca dan di lihat hampir semua umat zhen fo zong dan orang yang berjodoh di seluruh Indonesia, karena majalah ini di bagi bagikan ke berbagai wilayah indonesia dan beberapa kota di negara Malaysia.

Selain dari beberapa cara yang telah di jelaskan di atas, Majalah dharma talk juga membuka cara lain bagi temen temen yang berminat untuk membantu upaya redaksi melakukan penyampaian dharma dengan:

  • Berpartisipasi dalam tim Dharma Talk
  • Mengirimkan cerita pengalaman kontak batin yang di alami
  • Mengirimkan cerita yang mengandung Dharma yang berkesan
  • Mengirimkan Foto/Gambar unik yang berhubungan dengan Budha Dharma

Redaksi Majalah Dharma Talk
Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya (聖輪雷藏寺)
Jalan sayangan Lrg. Rumah Kuning Lama No. 619 Palembang
Telp. (0711) 350 798 Fax. (0711) 320 124
Email: [email protected]
Website: https://www.shenlun.org
Blog : http://blog.shenlun.org
Facebook: www.facebook.com/VVBS.Palembang
Youtube: http://www.youtube.com/j1ngen

Comments (1)

Pengumuman- archive | 真佛宗 印尼 巨港 聖輪雷藏寺 | Vihara Vajra Bhumi SriwijayaNovember 21st, 2010 at 12:19 pm

[…] 07Oct10 – Meyakinkan Seseorang Dengan Bantuan Dewa Tanah Kota Peng-Hu […]

Leave a comment

Your comment