Uang dan Ular Berbisa

Majalah dharma talk edisi Agustusi 2011 telah terbit dalam versi electronic dan dapat di baca dan download selengkapnya di : https://www.shenlun.org/dharma-talk/2011/agustus/
Berikut ini salah satu artikel yang berjudul Uang dan Ular Berbisa dari Majalah dharma talk edisi Agustus 2011

Hari ini Bhiksuni Lian Xin berbicara tentang Mantra Visualisasi Kesunyataan. Hari ini tiba-tiba tanpa alasan, Saya ingin datang ke Lei Zang Si, melakukan kebhaktian bersama Anda semua, terutama ingin melihat turun salju, berjalan-jalan di atas tumpukan salju, sambil berpuja bhakti sejenak.

Semalam salju turun dengan lebat, kendaraan Saya tak ada ban salju, juga bukan kendaraan four wheel drive, roda belakang ikut berputar, tanah sangat licin. Oleh karena itu pagi ini Saya berdiam di ruang lukis Saya, menulis artikel, artikel ini menyinggung uang dan ular berbisa.

Dulu, suatu ketika Sakyamuni Buddha sedang berjalan di atas pematang sawah, tiba-tiba Beliau berseru, “Ada ular berbisa! Ada ular berbisa!”

Seorang petani terdengar, ia bergegas datang dengan membawa cangkul. Setelah berkata ada ular berbisa, Buddha pun meninggalkan tempat itu. Petani itu mencangkul gundukan tanah, Buddha berkata ada ular berbisa, ternyata ada sebuah guci yang penuh berisi emas dan perak.

Petani itu begitu melihat emas yang berkilauan, kedua matanya langsung berbinar-binar.

Kemudian ia menggunakan emas tersebut beli rumah, mempekerjakan banyak tenaga pembantu untuk berladang. Ia sendiri menjadi seorang juragan yang kaya raya.

Tetapi berita ini terdengar oleh pejabat daerah, dengan beralasan emas tersebut merupakan hasil perampokan, pejabat daerah menangkap petani tersebut. Petani tersebut mohon pejabat daerah sudi memberi ampun. Pejabat daerah berkata, “Untuk mengampuni kamu, mudah! “Bagaimana caranya? Ya under table, ini istilah bahasa Inggris, artinya transaksi di bawah meja. “Seluruh kekayaan kamu, bagi separuh”.

Petani tersebut tak bisa apa-apa, lalu diberikannya. Tetapi berita ini cepat tersebar, pejabat daerah ini masih ada atasannya, atasannya segera menangkap petani tersebut, juga ingin kebagian, ini namanya kalangan dalam saling memangsa.

Atasan ingin kebagian, ia tak bisa apa-apa, lalu diberikannya. Akhirnya, di atas atasan masih ada lagi atasan, juga ingin kebagian. Lalu ia menyerahkan seluruh sisa emas itu ke atas, rumahnya dijual, ladang dijual, pembantu pun berhenti bekerja, semuanya ludes, semuanya diberikan pada para pejabat itu, malah setiap hari sibuk perkara.

Akhirnya petani tersebut jatuh sakit, hidup miskin dan sengsara.

Suatu hari, ia melihat Sakyamuni Buddha sedang berjalan, ia mengejar dari belakang dan berkata, “Buddha, Anda membohongi saya!” Sakyamuni Buddha menoleh dan menyahut, “Saya tidak membohongi anda, Saya katakan ular berbisa, Anda tidak percaya”.

Ini adalah cerita yang Saya tulis tadi pagi mengenai “Uang dan Ular Berbisa”.

Saya tulis dua cerita, yang kedua mengenai seorang nelayan. Ditumpukan ilalang di tepi sungai, seorang nelayan juga menemukan sebuah guci raksasa yang berisi emas dan perak, seseorang yang telah menguburkannya disana.

Karena tak mampu memikul sendirian, nelayan itu mengajak empat orang sahabat karibnya datang membantu. Empat sahabat ini semuanya bertubuh kekar. “Kalian datang membantu, saya akan berikan upah”. Empat sahabat karib yang bertubuh kekar ini segera datang menggotong.

Begitu tiba di tempat dan melihat, wah, rupanya emas dan perak, mata mereka melotot, lalu mereka diam-diam berunding, “Kita susah payah memikul barangini, barang ini juga bukan miliknya! Kita bagi berempat saja!”

Akhirnya dengan pentungan yang membabi buta, nelayan tersebut mati terbunuh. Emas itu dibagi oleh empat orang tersebut. Kalau nelayan itu tidak menemukan emas, nyawanya masih utuh, begitu menemukan emas, langsung mati.

Kedua cerita ini memberi kita sebuah pelajaran, Sakyamuni Buddha mengatakan uang adalah ular berbisa. Kita sering mengatakan “uang jangan mudah diperlihatkan”, kalau memiliki banyak uang, janganlah memperlihatkan ke orang lain, janganlah memamerkan kekayaan. Mengapa demikian? Sebab hal itu mudah mengundang niat serakah orang lain. Bila seseorang berniat serakah atas kekayaan anda, maka kekayaan anda tak bedanya seperti ular berbisa, akan balik menggigit anda!

Kadangkala uang sangat bermanfaat, kita dapat melakukan banyak hal kebajikan, dapat beramal dana, membantu banyak orang. Namun sebaliknya, uang juga merupakan racun, begitu disalah-gunakan akan menjadi racun!

Hari ini Bhiksuni Lian Xin berbicara tentang Mantra Visualisasi Kesunyataan, menurut ajaran Buddha, segala kondisi materi di dunia ini, akhirnya akan kembali sirna.

Saya pernah berkata “Dari dulu uang jatuh ke tangan siapa?”, dari dahulu kala, semua uang jatuh ke tangan siapa? Coba pikir. Para raja di negeri Tiongkok sangat kaya raya, semua harta kekayaan negara, emas, batu berharga, uang, sama saja milik mereka, raja mau apa, ada apa.Tetapi, raja dari dinasti manakah yang sungguh-sungguh memiliki uang itu? Bukankah selalu berpindah tangan, semuanya hanya menjadi dewa sudi mampir, demikianlah kondisi materi, sesaat di tangan kita, tak lama kemudian, pindah ke tangan orang lain, sesaat di tangan orang lain, tak lama kemudian, pindah lagi ke tangan orang yang lain lagi. Sama sekali tak memiliki, juga tak kehilangan, inilah sunya.

Coba kita bayangkan, kekayaan dari dahulu kala jatuh ke tangan siapa? Bukankah dengan bergantinya dinasti, kekayaan itu juga berganti pemilik? Demikianlah dari satu generasi ke generasi berikutnya bergantian, akhirnya, kondisi segala materi bagaikan mimpi, semuanya ilusi, semuanya kembali sunya, demikianlah bervisualisasi kesunyataan.

Oleh karena itu saat kita membaca Mantra Visualisasi Kesunyataan, berpikir segala hal dalam kondisi sunya, tidak melekat tidak bimbang, dengan demikian kita tidak akan melekat dan bimbang.

Tadi Bhiksuni Lian Xin mengatakan, biarkan uang datang dengan cara alami. Kalau sudah datang, kita dapat menggunakannya, bila sudah tidak ada, kita juga tidak perlu melekat, tidak bimbang. Datang dengan alami, tidak timbul niat serakah, pergi dengan sendirinya, juga tidak melekat, tidak sedih, tidak bimbang.

Tulisan “Uang dan Ular Berbisa” yang Saya tulis hari ini, temanya tepat mengenai hal ini, jadi kondisi semua benda akan kembali sunya. Sabtu kemarin saat berpuja bhakti, Saya juga berkata demikian, makna paling penting dalam kehidupan manusia tergantung pada kesadaran kita, apakah kita dapat menuntaskan lahir dan mati? Apakah kita dapat mencapai pencerahan?

Apakah batin kita benar-benar dapat mencapai moksa? Ini adalah hal yang paling penting. Mantra Visualisasi Kesunyataan dan Mantra Sataksara Vajrasattva dalam Tantrayana, sebenarnya sama dengan nuansa yang diungkapkan dalam Sutra Vajra, semuanya sunya. Namun kita memanfaatkan kenyataan ini untuk mencapai kesunyataan, tidak melekat, tidak bimbang, berlaku leluasa, inilah Margah.

Dalam majalah dharma talk ini berisi penjelasan mengenai:

  • * Mahaguru Menganugrahi Jubah Silsilah dan Mengangkat Dharmaraja Lian Ning Menjadi Pememimpin Zhenfo Zong Generasi Kedua – Pengumuman resmi dari TBF bahwa Acarya Lian Ning telah diangkat menjadi pemimpin Zhenfo Zong generiasi kedua
  • * Y.A. Buddha Hidup Lian Sheng Menganugrahi Langsung instruksi Tertulis Kepada Acarya Lianning untuk Mempersiapkan Upacara Agung Kalachakra di Indonesia – Pemberitahuan Resmi dari TBF
  • * Jubah Sila dan Selendang Tunggal – Pemberitahuan Resmi dari TBF
  • * Air Hujan Seberat 60 Juta Ton – Mahaguru bertemu dengan Raja naga dan memohon agar Raja Naga menurunkan Hujan. Raja Naga pun memenuhi permohonan Mahaguru dan menurunkan 60 juta Ton air Hujan dalam 3 hari.
  • * Hukum Karma Tarian dari ular Emas – Pada jaman sekarang manusia tidak lagi percaya tentang reinkarnasi. Ada yang percaya adanya surga dan neraka. Tapi yang lainnya berkata bahwa surga dan neraka hanya ada dibenak pikiran atau dihati tidak betul-betul ada. Orang mau percaya atau, hukum karma tetap berjalan tanpa pilih kasih
  • * Sumber Pencerahan Jati Diri Tidak Melekat pada Kosong Maupun Ada – Kita umat Buddha, harus mengerti prinsip ini, yang Anda ketahui dalam pikiran Anda, walaupun, sebelum menikah dan sesudah menikah adalah 2 hal yang berbeda; “kosong” dan “ada” itu beda, satu adalah “kosong”, satu adalah “ada”, beda, namun, selangkah lebih maju lagi, tidak ada “kosong”, juga tidak ada “ada”, apa itu tidak ada “kosong”, apa itu tidak ada “ada”?
  • * Uang dan Ular Berbisa – Kadangkala uang sangat bermanfaat, kita dapat melakukan banyak hal kebajikan, dapat beramal dana, membantu banyak orang. Namun sebaliknya, uang juga merupakan racun, begitu disalah-gunakan akan menjadi racun!
  • * Samakah Roh dan Tubuh Maya – Seseorang bertanya kepada Mahaguru, Samakah Bardo, tubuh maha, tubuh spirit dan roh?.
  • * Tidak dapat apa – apa dinamakan Kendaraan Tertinggi – Jangan mengutarakan kebaikan diri sendiri, sebenarnya kekuarangan diri sendiri sangat banyak. .
  • * Penjelasan Sutra Zhen Fo Jing / Sutra Satya Buddha Bagian IX


  • Terima Kasih atas dukungan dan doanya.
    =======================================================================================================

    Bagi temen temen sedharma yang ingin mendapatkan hard copy majalah dharma talk dapat mengisi formulir berlangganan majalah dharma talk yang dapat di https://www.shenlun.org/dharma-talk

    Bagi temen temen sedharma yang berminat menjadi donatur dharma talk , dapat  mengisi formulir donatur dharma talk yang dapat di peroleh di sini dan mengirimkan kembali ke redaksi Dharma Talk melalui email, post atau fax vihara.

    Majalah Dharma talk juga menerima :

    • Pemasangan kolum sutra atau mantra -Untuk informasi lebih lanjut mengenai setting, ukuran, tipe kolom mantra dan sutra dapat menghubungi redaksi melalui email di [email protected] atau [email protected] untuk keterangan lebih lanjut
    • Pemasangan iklan. Iklan yang terpasang di dalam Majalah Talk akan di baca dan di lihat hampir semua umat zhen fo zong dan orang yang berjodoh di seluruh Indonesia, karena majalah ini di bagi bagikan ke berbagai wilayah indonesia dan beberapa kota di negara Malaysia.

    Selain dari beberapa cara yang telah di jelaskan di atas, Majalah dharma talk juga membuka cara lain bagi temen temen yang berminat untuk membantu upaya redaksi melakukan penyampaian dharma dengan:

    • Berpartisipasi dalam tim Dharma Talk
    • Mengirimkan cerita pengalaman kontak batin yang di alami
    • Mengirimkan cerita yang mengandung Dharma yang berkesan
    • Mengirimkan Foto/Gambar unik yang berhubungan dengan Budha Dharma

    Redaksi Majalah Dharma Talk
    Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya (聖輪雷藏寺)
    Jalan sayangan Lrg. Rumah Kuning Lama No. 619 Palembang
    Telp. (0711) 350 798 Fax. (0711) 320 124
    Email: [email protected]
    Website: https://www.shenlun.org
    Blog : http://blog.shenlun.org
    Facebook: http://www.facebook.com/ViharaVajraBhumiSriwijaya
    Youtube: http://www.youtube.com/j1ngen

Leave a comment

Your comment