Liputan dan Dokumentasi Upacara Api Homa Pemberkahan Dewa Prativi 5 Juni 2011

Temen – temen,
berikut ini adalah dokumentasi Upacara Api Homa Pemberkahan Dewa Prativi 5 Juni 2011

Liputannya adalah sebagai berikut

Minggu, 5 Juni 2011 pukul 16.00 WIB Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya menyelenggarakan Upacara Api Homa Pemberkahan Dewa Prativi (南摩堅牢地神息災祈福護摩火供大法會). Upacara ini dipimpin oleh Vajra Acarya Lian Yuan dan di damping oleh para Bhikkhu Lhama.

Mudra dari Dewa Prativi ini adalah 左手緊握三鈷金剛杵嗎,右手大指屈入掌心,其他四指伸直掌心朝外。唸重音的「梭哈」(三遍)Tangan kiri menggenggam erat Vajra Dorje, ibu jari kanan menekuk ke dalam telapak, ke empat jari lainnya lurus, telapak menghadap keluar. Menjapa dengan suara berat “Suo ha” (3x). Cara visualisasi dari Dewa Prativi ini adalah 觀想監牢地神頭頂天,腳踏大地,雙手持日月,怒目三眼穿金甲。Bervisualisasi Dewa Pratiwi, kepala menopang langit, kaki menapak bumi, kedua tangan memegang bulan dan matahari, dengan tiga mata angkara murka, mengenakan perisai. Mantra-nya adalah 「旦至它。只里只里。主魯主魯。句魯句魯。拘柱掬柱。睹柱睹柱。博訶博訶。伐舍伐舍。梭哈」dan zhi ta. zhi li zhi li. zhu lu zhu lu. ju lu ju lu. ju zhu ju zhu. du zhu du zhu. buo he buo he. fa she fa she. suo ha.

Selesai upacara,Vajra Acarya menjelaskan bahwa Deva Prativi itu sebenarnya adalah Bodhisattva, namanya saja yang dewa. Suatu ketika saat Sang Buddha sedang membabarkan dharma, Deva Prativi muncul dengan angin dan hujan besar untuk mendengarkan dharma Sang Buddha, kemudian salah satu murid buddha yang bertanya, “Beliau ini siapa?” Sang Buddha menjawab “Ia adalah Deva Prativi yang mempunyai kekuatan luar biasa dan menguasai seisi bumi ini. Ia lah yang mengatur segala bencana di bumi ini.”

Ketika Deva Prativi muncul, Deva Prativi ini langsung bernamaskara kepada Sang Buddha dan mengangkat Sakyamuni menjadi Guru. Sang Buddha mengatakan “Dia memiliki kekuatan yang luar biasa. Dia yang mengatur bumi ini. Dia yang mempunyai badan yang besar sehingga satu tangan bisa memegang matahari dan satunya memegang bulan. Dia juga memiliki 3 mata, mata yang di tengah untuk melihat orang melatih diri.”

Kemudian Deva Prativi bersumpah di depan Sakyamuni, “barang siapa yang melatih diri dengan sungguh – sungguh ajaran Buddha maka ia melindungi orang tersebut dari mara”. Dengan membaca mantra Dewa Prativi sambil mengikat simpul hingga 84 ikatan simpul, atau 21 ikatan simpul dengan tali lima warna kemudian memakainya sebagai gelang, orang tersebut akan mendapat perlindungan dari Dewa Prativi. Selain memberikan perlindungan, Dewa Pratiwi juga bisa memberikan rezeki atau kesehatan.

Mudra Dewa Prativi itu memegang vajra Dorje dimana sisi kanan dan di sisi kiri Vajra Dorje tersebut berbentuk 3 trisula yang terbuka. Kenapa berbentuk 3 trisula yang terbuka? Karena melambangkan penaklukan.

Vajra Acarya juga menceritakan pengalaman Beliau ketika berada di desa Lamuk saat memperingati hari waisak kemarin. Tidak seperti di kota-kota besar, contohnya kota Palembang yang merayakan waisak hanya dengan datang ke vihara untuk berdoa. Di Lamuk, ketika hari waisak tiba, suasana di desa tersebut sangat ramai seperti memperingati tahun baru internasional atau tahun baru imlek. Di desa Lamuk, sifat gotong royong antar sesama masih sangatlah kuat.

Selama berada di desa Lamuk, Vajra Acarya mendapatkan banyak cerita dari umat di sana mengenai pengalaman mereka dalam hal spiritual yang berhubungan dengan membaca Mantra Mahaguru atau bisa dibilang mukjizat dari membaca mantra Mahaguru. Salah satu ceritanya yaitu ada seorang ibu yang melahirkan anaknya di dukun beranak. Karena keadaan di desa yang sangat minim akan kehadiran dokter maka masyarakat disana melahirkan dengan pergi ke dukun beranak. Ketika sang ibu melahirkan anaknya, ibu tersebut mengalami pendarahan hebat yang mengakibatkan sang ibu pingsan selama 45hari dan selama itu sang ibu tidak mendapat memasukkan satupun makanan ke dalam mulutnya.

Setelah seminggu ibu tersebut pingsan, keluarga ibu tersebut datang meminta pertolongan ke Vihara Zhenfo Zong yang ada di desa Lamuk untuk di doakan. Tetapi alhasil, di doakan berkali kalipun tetap tidak sadar. Pihak keluarga juga memanggil nama ibu tersebut, tetap tidak tersadarkan. Dalam 45hari tersebut ternyata sang ibu mengalami kejadian seperti mimpi.

Di mana dalam mimpi ia sedang berjalan sampai di suatu tempat yang ramai. Yang mana semua orang dapat masuk ke ruangan yang penuh dengan makanan. Kebetulan ibu tersebut perutnya terasa lapar. Ketika ibu tersebut ingin masuk ke ruangan yang banyak makanannya, penjaga disana bertanya kepadanya, “apakah kamu memiliki tiket?” karena sang ibu tidak memiliki tiket, sang ibu tidak dapat masuk ke dalam, padahal ibu tersebut sudah sangat lapar dan ia sendiri tidak tahu kenapa ia bisa ke tempat tersebut. Lalu ia bertemu dengan satu orang tua yang bertanya kepada ibu tersebut. Terjadi dialog di antara mereka
orang tua bertanya “kenapa kamu berada disini?”
sang ibu menjawab, “saya tidak tahu.”
Orang tua tersebut bertanya lagi, “apakah kamu memiliki tiket?”
Sang ibu menjawab bahwa ia tidak memiliki tiket.
Orang tua tersebut berkata, “kamu tidak seharusnya berada disini.”
Sang ibu membalas perkataan orang tua itu bahwa “Saya ingin masuk karena saya sangat lapar , haus dan kedinginan.”
orang tua tersebut bertanya kepada ibu tersebut, “asal kamu dari mana?”
Ibu menjawab, “saya dari desa lamuk”
kemudian orang tua itu bertanya lagi “Kamu kesini kenapa?”
ibu menjawab “Tidak tahu”
orang tua itu bertanya lagi “Kamu ke desa lamuk sering kemana?”
ibu itu menjawab “Ke vihara”
orang tua itu bertanya lagi “Di vihara itu siapa pengurusnya?”
ibu menjawab “Ada seorang Zhu Jiao (Pandita Lokasparaya)”
orang tua itu bertanya lagi “Namanya siapa?”
ibu menjawab “Yamto”
orang tua itu bertanya kembali “Kamu diajarkan oleh pandita itu apa?”
ibu itu menjawab “Membaca mantra.”
orang tua itu bertanya lagi “Kamu masih ingat guru kamu itu siapa?”
ibu itu menjawab“Ingat.”
orang tua itu berkata “Coba sebutkan.”
Ibu itu melafalkan mantra “Om guru lian sheng si di hum”. Seketika itu juga sang ibu langsung tersadarkan dari mimpinya. Ibu itu mengira bahwa dia hanya pingsan sebentar, tetapi orang sekitarnya memberitahu bahwa ia sudah tidur selama 45 hari.
Sebenarnya mimpi yang dialami ibu tersebut adalah dia berada di alam bardo.

Semakin ibu itu berpikir tentang pengalamannya, semakin membuatnya merasa takut. Ibu tersebut merasa bersyukur karena ia masih ingat cara membaca mantra, kalau tidak ia tidak dapat hidup lagi untuk menjaga anaknya yang baru lahir. Setiap kali ia menceritakan kisahnya kepada orang – orang, rasa takut akan muncul lagi dan membuat ibu ini menangis.

Di desa Lamuk, keyakinan masyarakatnya terhadap Mahaguru itu sangat luar biasa. Walaupun di daerah pribumi tersebut tidak mengerti dan tidak mengenal bahasa mandarin, tetapi keyakinan mereka terhadap Mahaguru sangatlah luar biasa. Kebanyakan orang yang mengerti dengan bahasa Mandarin atau mengenal bahasa mandarin, tetapi mereka tidak percaya kepada Mahaguru. Keyakinan warga di desa Lamuk ini patut untuk di jadikan contoh bagi diri kita.

Pengalaman lainnya adalah salah satunya seorang bayi yang tiap malam selalu menangis, kemudian di ajak ke tempat umat Zhenfo Zong. Bayi tersebut hanya dengan di gendong dan orang yang menggendong tersebut bervisualisasi Mahaguru memberikan atau memancarkan sinar putih, kemudian membaca mantra “om guru lian sheng si di hum” dan kemudian kening bayi tersebut di cium dan di tiup ubun- ubunnya secara perlahan dan mangatakan “tidur… tidurlah yang nyenyak”. Bayi tersebut segera diam dan tidak menangis lagi. Karena kepercayaan dan pelafalan mantra yang sungguh – sungguh serta visualisasi maka hal itu bisa terjadi.

Cerita lainnya yaitu ketika musim tanam, maka abu di tempat dewa bumi pasti akan kosong karena umat akan memakainya untuk menghindarkan dari hama – hama yang mengganggu, dan memang alhasil semua panen pasti berhasil.

Selesai upacara dan ceramah, para umat yang hadir foto bersama dengan Vajra Acarya Lian Yuan dan para Bhikkhu Lhama dengan memegang spanduk bertuliskan “Memohon Mahaguru menetap di dunia Svaha”

Upacara selesai dengan sukses dan sempurna berkat pancaran cahaya adhistana dari Mahaguru dan para Buddha Bodhisattva serta Dharmapala dan makhluk suci lainnya.

Terima kasih kepada seluruh teman – teman yang telah berpartisipasi dan mendukung suksesnya upacara ini. Semoga kita semua selalu diberkati oleh Mahaguru dan para Buddha Bodhisattva serta mendapat perlindungan dari Dharmapala dan makhluk suci lainnya.

Semoga Mahaguru selalu memutar roda dharma.

Om Mani Padme Hum.

Leave a comment

Your comment