Liputan dan Dokumentasi Upacara Perayaan Waisak 2556 BE di VVBS Palembang
Temen – temen, Amituofo
Berikut ini adalah Video Dokumentasi dari Upacara Perayaan Waisak 2556 BE :
Liputannya adalah sebagai berikut :
Waisak atau Waisaka merupakan hari suci agama Buddha. Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu :
- * Lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada tahun 623 S.M.
- * Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M.
- * Buddha Gautama parinibbana (wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M.
Tiga peristiwa ini dinamakan “Trisuci Waisak”. Pada waisak tahun ini (2012), detik waisak jatuh pada pukul 10.34.49 WIB. Seluruh umat Buddha pasti akan merayakan hari Trisuci Waisak dengan mengadakan puja bakti pada saat detik waisak maupun serangkaian kegiatan lainnya. Untuk merayakannya juga, Vihara Vajra Bhumi menyelenggarakan serangkaian kegiatan yaitu : Upacara Api Homa Pemberkahan Sakyamuni Buddha, Prosesi Mandi Rupang, puja bakti menyambut detik waisak dan penyalaan 1000 Pelita Suci. Temen – temen yang telah mendaftarkan nama – namanya, semua nama telah diproses baik ditulis di kayu homa maupun untuk pemasangan pelita. Terima kasih atas partisipasinya.
Upacara Api Homa Pemberkahan Sakyamuni Buddha dimulai dengan khidmat, lantunan lagu “Lu Xiang Zan” memenuhi ruang Bhaktisala. Semua umat dengan hati yang tulis memohon kepada Mahaguru dan para Buddha Bodhisattva serta Dharmapala hadir dan duduk di altar mandala ruang Bhaktisala. Sebelum masuk ke dalam tata ritual upacara, Bhikkhu Lhama membacakan naskah doa, kemudian dilanjutkan dengan Vajra Acarya memberkati naskah doa dan para nama – nama donatur dengan Vajra Gantha dan Vajra Dorje. Terima kasih kepada seluruh donatur yang telah berdonasi untuk Upacara ini. Sungguh pahala yang berlimpah.
Memasuki tata ritual upacara api Homa. Di mulai dengan mantra pembersihan hingga memohon adhistana dari Mahaguru. Saat memasuki tahap inti, membentuk mudra Sakyamuni Buddha yaitu mudra san shan yin (tiga gunung). Visualisasinya sebagai berikut :
“Bervisualisasi di atas samudera, langit cerah tanpa awan, Cakra Chandra muncul dari permukaan Samudera, ditengah Cakra Chandra terdapat bijaksara Bhah (Phu) berwarna putih, memancarkan Maha Cahaya Putih yang terang benderang. Bijaksara Bhah yangberada ditengah Cakra Chandra berputar searah jarum jam, berubah menjadi Sakyamuni Buddha dengan wujud yang Sempurna. Bervisualisasi Cakra Kening Sakyamuni Buddha memancarkan cahaya putih menyinari dahi kita. Cakra Tenggorokan Sakyamuni Buddha memancarkan seutas sinar merah menyinari tenggorokan kita, dan Cakra Hati Sakyamuni Buddha memancarkan sinar biru menyinari cakra hati kita, demikianlah Tri Cahaya melebur di dalam Lahir Batin kita. Mengundang Adinata Sakyamuni Buddha ‘Memasuki Diriku’. ZHA, HUM, BAN, HUO. Diri sendiri dan Adinata Sakyamuni Buddha menjadi satu yang tiada berbeda. (Pada saat ini, terlepas dari Visualisasi yang kita lakukan jelas atau tidak, yang terpenting adalah kita sudah berusaha bervisualisasi sejelas mungkin dan di dalam diri kita ada Motivasi “Saya adalah Sakyamuni Buddha”)” kemudian melafalkan mantra Sakyamuni Buddha :“南摩。三滿多。母陀南。縛。Namo Sanmanduo Mutuonan Pho”
Mantra tersebut mengiringi Vajra Acarya melakukan puja homa. Satu demi satu persembahan dipersembahkan, bergitu juga kayu homa di masuk ke dalam tungku homa. Upacara api homa diakhiri dengan mantra paripurna.
Prosesi mandi rupang dilaksanakan, setiap umat akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan prosesi mandi rupang. Vajra Acarya menjelaskan bahwa prosesi mandi rupang ini melambangkan pembersihan diri kita, sebelum kita melakukan prosesi tersebut, terlebih dahulu kita bervisualisasi bahwa rupang Sakyamuni Buddha tersebut berubah menjadi diri kita, saat penyiraman dilakukan kita bervisualisasi tubuh kita keluar asap hitam, sehingga karma buruk terkikiskan.
Vajra Acarya juga mengatakan bahwa, saat detik waisak tiba, sungguh bagus melakukan Samadhi, karena saat tersebut puncak purnama sedang terjadi dan energi yang terpancarkan sangat kuat. Selain itu juga, pada tahun 588 S.M dulu Sakyamuni Buddha mencapai penerangan sempurna. Selesai prosesi kegiatan, V.A Lian Yuan bersama umat memohon Buddha menetap, dengan setulus hati memohon agar Mahaguru selalu sehat dan menetap di dunia untuk memutar roda Dharma. Lantunan musik dan syair Memohon Buddha menetap (Qing Fo Zhu Shi) dilantunkan bersama. Setelah itu, ritual Pindapatta dilakukan, Tradisi ini merupakan prosesi mengumpulkan sedekah dari umat yang merupakan bagian dari mengenang sejarah. Yakni, pada masa lampau, Buddha selalu berkelana dan hanya mengandalkan bantuan dari umat. Selama proses pindapatta berjalan, mantra Mahaguru dipanjatkan mengiringi prosesi tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat Buddha, bersedekah kepada para biksu yang dianggap sebagai orang suci merupakan sebuah berkah yang ditunggu-tunggu. Tradisi ini juga memberikan kesempatan pada umat untuk bersedekah guna mendatangkan kebaikan dan keberuntungan.
Pada hari Trisuci Waisak, pelita – pelita tersebut dinyalakan dan disusun membentuk simbol Swastika. Saat detik waisak tiba, semua umat memasuki meditasi dipandu oleh Bhikkhu Lhama Lian Pu dan setelah itu melaksanakan puja bakti. Usai puja bakti, Bhikkhu Lhama memandu umat sambil melantunkan nama agung Sakyamuni Buddha mengelilingi vihara.
Serangkaian Perayaan Waisak telah selesai dengan sukses dan sempurna. Terima kasih kepada seluruh teman – teman yang telah berpartisipasi dan mendukung suksesnya Upacara ini. Semoga anda semua selalu diberkati oleh Mahaguru dan para Buddha Bodhisattva.
Informasi yang terkait :
*Download Mantra Sakyamuni Buddha beserta bulatan penjapaannya dihttps://www.shenlun.org/mantra/mantra-sakyamuni-buddha/
*Download Musik “Qing Fo Zhu Shi” dihttps://www.shenlun.org/gallery/musik/
*Temukan informasi menarik lainnya di https://www.shenlun.org dan http://blog.shenlun.org
Om Mani Padme Hum.